Kopiah Resam, Kerajinan Ramah Lingkungan Khas Bangka
Kopiah resam, peci khas Bangka yang dibuat dari akar. -Indonesia.go.id-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Beragamnya suku yang mendiami 38 provinsi di tanah air telah memberi sumbangsih besar dalam memperkaya khasanah budaya dan tradisi Nusantara.
Setiap suku tentu memiliki adat istiadatnya masing-masing, yang terkadang tak dijumpai di daerah lainnya.
Mereka pun sangat dekat dengan alam dan tak jarang membuat benda-benda untuk membantu kebutuhan sehari-hari dari bahan yang diambil di alam bebas.
Misalnya, tas noken yang merupakan kerajinan khas masyarakat Papua.
Dibuat dari serat kulit kayu, tas itu berguna untuk membawa hasil bumi yang hendak dijual ke pasar atau sebagai tas belanja. Begitu pula baju kulit kayu, salah satu ciri khas masyarakat suku Dayak di Kalimantan.
BACA JUGA: Mau jadi Sultan! Ini 4 Cara Menabung Emas Fisik yang Dapat Anda Lakukan
BACA JUGA:Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional
Nah, masyarakat di Bangka Belitung pun memiliki tradisi memanfaatkan bahan dari alam untuk dijadikan songkok atau kopiah. Kopiah sendiri merupakan salah satu warisan budaya takbenda di provinsi berjuluk Serumpun Sebalai itu sejak 2015.
Penutup kepala yang biasa dipakai kaum adam untuk salat dan pelengkap saat acara adat seperti Sepintu Sedulang, Rebo Kasan, dan Nganggung tersebut berasal dari resam (Dicranopteris linearis).
Seperti dikutip dari website Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, resam merupakan tanaman dari keluarga paku-pakuan atau pakis (Pteridophyta).
Habitat resam adalah daerah tebing bersuhu lembab di kawasan perbukitan berketinggian 200-1.200 meter di atas permukaan laut.
BACA JUGA:Mendorong Produk Pangan UMKM Berkualitas
BACA JUGA: 7 Caleg Incumbent Pertahankan Kursi, 4 Wajah Baru Muncul di Dapil 4 Bengkulu Utara
Ia dapat tumbuh hingga mencapai 1,5 meter dan paku-pakuan ini acap tumbuh melilit pada batang pohon lain serta bercabang.