Kopiah Resam, Kerajinan Ramah Lingkungan Khas Bangka

Kopiah resam, peci khas Bangka yang dibuat dari akar. -Indonesia.go.id-

Semua bergantung dari tingkat kehalusan produk, karena makin halus tentu saja harganya makin mahal.

Oh iya, sekadar gambaran, untuk menghasilkan kopiah bertekstur kasar hanya dibutuhkan waktu paling lama satu minggu.

Tetapi jika menginginkan kopiah bertekstur halus, maka proses pengerjaannya bisa mencapai tiga bulan.

BACA JUGA: Bersama Warga, TNI Gempur Progres Pekerjaan Pembangunan TMMD

BACA JUGA: Warga Sendang Mulyo Berharap Jalan Desa Diperbaiki

Agar ada variasi motif dan warna kopiah, misalnya dipadu warna putih, maka dapat dipakai serat akar pohon sulur.

Setelah proses menganyam rampung, pekerjaan berikutnya adalah mengoleskan semacam lilin terbuat dari campuran madu hutan atau minyak kelapa supaya resam terlihat mengkilat dan lebih tahan lama.

Kopiah resam selain dipakai untuk salat lima waktu, juga dikenakan saat lebaran.

Pamor kopiah jenis ini sudah melampaui Bangka Belitung dan menjadi oleh-oleh kerajinan khas untuk wisatawan dari provinsi penghasil timah dan lada tersebut.

BACA JUGA:PK Diteken, ASN DPK Bengkulu Diminta Mengimplementasikan

BACA JUGA:Sirekap Error, Suara Caleg PDIP dan Gerindra di TPS 04 Talang Arah Hilang

Ketika Pulau Belitung menjadi tuan rumah salah satu event pendukung Presidensi G20 berupa Development Working Group, pada 8 September 2022, para pesertanya mendapat oleh-oleh kopiah resam dari Penjabat Gubernur Ridwan Djamaluddin.

Terakhir, saat ini bahan baku kopiah di alam liar mulai berkurang karena makin gencarnya pembukaan lahan sawit dan secara tak langsung menghilangkan perlahan habitat resam.

Oleh karena itu, perlu disiapkan langkah terpadu agar kopiah resam tidak hanya tinggal nama.

Sumber : Indonesia.go.id

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan