Bandar-bandar Tua dan Kronik Sejarah

Ilustrasi situasi pelabuhan Banda Aceh. - Dok. Kemendikbud-

Pelabuhan ini diresmikan bersamaan waktunya dengan pemakaian jalan kereta api ruas Emmahaven?Padang, Padang Panjang?Muaro Kelaban di tahun 1892.

BACA JUGA: Mau jadi Sultan! Ini 4 Cara Menabung Emas Fisik yang Dapat Anda Lakukan

BACA JUGA:Industri Pengolahan Penopang Ekonomi Nasional

Ada beberapa latar di balik pembangunan pelabuhan ini, dua di antaranya ialah: pertama, sejalan dengan dibangunnya industri batubara Ombilin di Sawahlunto, maka dibutuhkan sebuah pelabuhan yang representatif yang mampu melayani kegiatan ekspor batubara.

Kedua, sehubungan alasan di atas, Bandar Muaro plus reede yang berada di Pulau Pisang dianggap tidak mampu menampung kapasitas jumlah batubara yang akan diekspor.

Selain itu, bandar itu juga dianggap kurang mampu memfasilitasi kapal?kapal besar yang bersandar untuk kepentingan ekspor batubara tersebut.

Masih merujuk artikel Asnan di atas, teknologi pengisian batubara ke kapal-kapal yang ada di bandar tua ini merupakan yang tercanggih di Asia Tenggara untuk waktu itu.

BACA JUGA:Mendorong Produk Pangan UMKM Berkualitas

BACA JUGA: 7 Caleg Incumbent Pertahankan Kursi, 4 Wajah Baru Muncul di Dapil 4 Bengkulu Utara

Ada tiga corong pengisian batubara dengan total kapasitas mencapai kurang-lebih 280 ton per jam.

Dalam kurun waktu yang tidak begitu lama, Emmahaven memang berhasil menjadi sebuah prasarana transportasi laut terpenting di bagian barat Sumatera.

Namun, era kejayaan pelabuhan yang memiliki nama lain Teluk Bayur itu juga tidak berlangsung begitu lama.

Pasalnya, beberapa saat setelah Pelabuhan Emmahaven diresmikan, pemerintah Hindia Belanda juga membangun Pelabuhan Sabang dan Belawan.

BACA JUGA: DBD Menyerang Warga Bukit Tinggi, 2 Pasien Dinyatakan Positif

BACA JUGA: Siapkan Fasilitas, SMAN 16 Bengkulu Utara Kejar Target Isi 2 Kelas

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan