Bandar-bandar Tua dan Kronik Sejarah
Ilustrasi situasi pelabuhan Banda Aceh. - Dok. Kemendikbud-
Merujuk artikel Gusti Asnan yang berjudul Pelabuhan-pelabuhan Kota Padang Tempo Doeloe disebutkan, Bandar Muaro di masa VOC masih bisa jadi tempat bersandar bagi kapal-kapal bermuatan hingga 200 ton.
Bandar ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari pelabuhan alami, yang mulai dikembangkan serius oleh VOC dengan menambahkan berbagai fasilitas mulai akhir abad ke-17.
Sepanjang sejarahnya, di sini telah dilakukan beberapa kali perbaikan dan penambahan panjang dermaga. Perbaikan dan penambahan yang paling penting dilakukan di tahun 1850?an dan 1870?an.
Bandar Muaro jadi dilengkapi sejumlah fasilitas seperti pergudangan, kantor syahbandar, dan menara suar.
BACA JUGA: DBD Menyerang Warga Bukit Tinggi, 2 Pasien Dinyatakan Positif
BACA JUGA: Siapkan Fasilitas, SMAN 16 Bengkulu Utara Kejar Target Isi 2 Kelas
Tak hanya itu, di sana juga dibuat jalan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan bagian lain dari kota Padang.
Pun ketika pemerintah Hindia-Belanda kemudian membangun jaringan jalan kereta api di kota tersebut, di bandar tua ini juga dibangun rel yang terhubung dengan jalur utama di kota itu.
Menyimak berbagai fasilitas prasarana dan sarana yang ada, pada 1870 bersama dengan Batavia, Semarang, Surabaya dan Makasar, posisi pelabuhan Muaro ini masih ditetapkan sebagai pelabuhan kelas A.
Kategori ini berarti status pelabuhan yang dapat melayani kegiatan pelayaranan nasional maupun internasional, yang melayani kegiatan ekspor maupun impor.
BACA JUGA:PK Diteken, ASN DPK Bengkulu Diminta Mengimplementasikan
BACA JUGA:Sirekap Error, Suara Caleg PDIP dan Gerindra di TPS 04 Talang Arah Hilang
Namun pada perjalanannya karena banyaknya endapan lumpur di muara sungai, hanya kapal-kapal berukuran kecillah yang bisa masuk serta melakukan aktivitas di bandar tua ini.
Sejarah mencatat, di pertengahan abad ke?19 hanya tersisa kapal?kapal kecil dengan ukuran di bawah 12 ton yang dapat bersandar di bandar tersebut.
Akhir tahun 1880-an pemerintah Hindi Belanda memutuskan membangun sebuah pelabuhan baru, yakni Bandar Emmahaven.