Bandar-bandar Tua dan Kronik Sejarah

Ilustrasi situasi pelabuhan Banda Aceh. - Dok. Kemendikbud-

Ketika kerajaan Islam berdiri nama bandar ini berubah menjadi Aceh Darussalam.

Mengenai letak lokasinya secara persis, hingga saat ini masih jadi perdebatan di antara para pakar sejarah karena tidak adanya satupun sumber literatur sejarah yang pernah menginformasikannya.

Namun merujuk cerita turun-temurun atau folklore setempat, letak bandar ini ditengarai berada di sekitar Aceh Besar dan Banda Aceh.

BACA JUGA: DBD Menyerang Warga Bukit Tinggi, 2 Pasien Dinyatakan Positif

BACA JUGA: Siapkan Fasilitas, SMAN 16 Bengkulu Utara Kejar Target Isi 2 Kelas

Keberadaan bandar tua ini telah disebut-sebut dalam sebuah prasasti dari India. Prasasti Rajendracola dari Tanjore dari 1030 Masehi, mencatat:

“(Rajendra) setelah mengirim banyak kapal ditengah laut bergelombang dan setelah menawan Sanggramavijayottunggavarman, Raja Kadaram, bersama dengan gajah-gajah dalam pasukannya yang perkasa (mengambil) tumpukan besar harta benda berharga…Ilamuridesam kekuatannya yang dahsyat; Manakkavaram...dan Kadaram yang kekuatannya dahsyat, yang dilindungi oleh lautan dalam…”

Prasasti itu menyebut Lamuri dengan istilah Ilamuridesam. Ketika Rajendracola menyerang Sumatra, ia menghadapi resistensi dari pasukan setempat secara dahsyat.

Menurut prasasti ini, meskipun Lamuri mempunyai kekuatan besar, orang-orang Cola menyebutnya dengan istilah “desa.”

BACA JUGA: Bersama Warga, TNI Gempur Progres Pekerjaan Pembangunan TMMD

BACA JUGA: Warga Sendang Mulyo Berharap Jalan Desa Diperbaiki

Bandar Lamuri atau Bandar Aceh Darussalam, kemudian hari menjadi Banda Aceh adalah tempat berkumpulnya para saudagar yang berasal dari berbagai bangsa seperti Cina dan Tamil.

Adanya komunitas saudagar Tamil diketahui dari sebuah prasasti beraksara Grantha dan berbahasa Tamil yang ditemukan di Banda Aceh.

Berdasarkan tipografinya, yaitu tata huruf yang digunakan, prasasti ini agaknya sezaman dengan prasasti batu yang ditemukan di Barus yang berasal dari 1088 Masehi.

Sayangnya prasasti Tamil dari Banda Aceh ini hingga kini belum bisa dibaca, namun bicara penanggalannya berdasar tipografinya diperkirakan berasal dari sekitar abad yang nisbi berdekatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan