Senin, 31 Mar 2025
Network
Beranda
Berita Utama
Daerah
Metropolis
Ragam Info Agro
Ketrina
Tubei
Kepahiang
Mukomuko
Bengkulu Benteng
Nasional
Probis
Gaya Hidup
Perempuan dan Anak
Pojok Sastra dan hiburan
Otomotif
EkToBis
Utas
Travelling
Inspiratif
Lifestyle
Pendidikan dan Kesehatan
Ragam Nusantara
Advetorial
Network
Beranda
Pojok Sastra dan hiburan
Detail Artikel
RUMAH MATAHARI 2
Reporter:
redaksi
|
Editor:
Ependi
|
Sabtu , 22 Mar 2025 - 20:23
Ilustrasi -NW - 12/2024-
rumah matahari 2 cerpen : erna wiyono “ketika satu dari kami jatuh sakit, yang lain akan berbagi makanan dan merawatnya, memastikan tak seorang pun tertinggal.” langit jakarta menjadi atap kami, bintang-bintang saksi bisu penderitaan kami, anak-anak terbuang tanpa rumah, tanpa keluarga. matahari yang terik membakar kulit kami yang kurus kering di antara reruntuhan bangunan tua dan tumpukan sampah di pinggir kali ciliwung. "aduh, panasnya!" keluh neil, menyeka keringat di dahinya. bau busuk menyengat hidung, bercampur dengan aroma makanan sisa dari warung-warung kaki lima yang jaraknya bermil-mil dari tempat kami berteduh. "bau sekali," gerutu i gusti komang, menutup hidungnya dengan lengan. baca juga:belajar dari sang gagak baca juga:belenggu sistem hujan, bukannya menjadi penyejuk, justru merendam kami hingga ke tulang, membuat kami menggigil kedinginan di bawah jembatan layang yang bocor. "dinginnyaaa..." desah wuri, menggigil hebat. dan yang paling mengerikan, rasa lapar yang tak pernah henti-hentinya mencabik-cabik perut kami, di tengah hiruk-pikuk kota yang tak pernah tidur. "perutku lapar sekali," lirih kiola, memegangi perutnya yang kosong. rumah kami hanyalah kardus-kardus reyot, sisa-sisa kemasan barang elektronik dan makanan, yang kami susun seadanya di bawah jembatan layang yang gelap dan lembab. baca juga:cecep ingin menjadi kaya baca juga:ibu, pematang sawah dan cerita seorang gadis "hujan lagi," kata ramadhan, melihat langit yang semakin gelap. "kita harus cepat cari perlindungan." benteng perlindungan yang rapuh, mudah hancur diterjang hujan deras yang seringkali menerjang jakarta. hujan badai bukan hanya membasahi, tetapi juga menghancurkan tempat berteduh kami, mengubah kardus-kardus itu menjadi bubur kertas, menyisakan kami kedinginan dan kelaparan yang mencekam. "rumah kita roboh lagi," ucap neil putus asa. di sekitar kami, tikus berlarian, mencari sisa makanan, sementara nyamuk-nyamuk berdengung di telinga, menggigit kulit kami yang sudah penuh luka. "gatal sekali!" rengek wuri, menggaruk tangannya. baca juga:belajar dari sang gagak baca juga:belenggu sistem kami tak tahu siapa kami, dari mana asal kami. yang kami tahu, kami dibuang, terlantar di tengah hiruk-pikuk kota jakarta, di antara gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi, bersebelahan dengan permukiman kumuh yang padat penduduk. "setiap hari adalah perjuangan," kata ramadhan, lelah setelah seharian mengais sisa makanan di tempat sampah yang penuh dengan sampah organik dan anorganik. "aku hampir tidak menemukan apa pun," tambah i gusti komang, menghela napas berat. kami memohon belas kasihan dari orang-orang yang berlalu lalang, seringkali diabaikan, bahkan dicaci maki. baca juga:cecep ingin menjadi kaya baca juga:ibu, pematang sawah dan cerita seorang gadis "jangan ganggu!" bentak seorang pria yang kami dekati. perut keroncongan adalah irama yang selalu mengiringi langkah kaki kami yang gemetar. "tuhan?" bisik kiola, matanya berkaca-kaca. kata itu terasa begitu jauh, begitu asing, di tengah kehidupan kami yang penuh keputusasaan. kami hanyalah anak-anak yang terlupakan, tanpa nama, tanpa identitas, tanpa keluarga. setiap malam, kami meringkuk di antara kardus-kardus yang basah dan dingin, menggigil hebat menahan dingin dan lapar yang menyiksa. "dingin sekali," ucap wuri, memeluk erat tubuhnya. baca juga:belajar dari sang gagak baca juga:belenggu sistem kami saling berpelukan, berbagi sedikit makanan yang berhasil kami kumpulkan, saling menguatkan, satu sama lain menjadi sandaran dalam menghadapi kegelapan dan keputusasaan. "kita harus kuat," kata ramadhan, mencoba menyemangati teman-temannya. "kita bisa melalui ini bersama." kami belajar untuk bertahan hidup, berjuang melawan rasa lapar, dingin, dan kepedihan yang terus menerus menghantam kami, di tengah lingkungan yang kotor, kumuh, dan penuh bahaya. hingga suatu hari, secercah harapan muncul. bapak ambu dan ibu margaretha, sepasang peneliti kelautan dari flores, melihat kami, anak-anak terlantar yang hidup di antara tumpukan sampah di pinggir kali ciliwung. "mereka anak-anak yang malang," kata ibu margaretha, merasa iba. baca juga:cecep ingin menjadi kaya baca juga:ibu, pematang sawah dan cerita seorang gadis bapak ambu mengangguk setuju. "kita harus membantu mereka." mereka mengulurkan tangan, menyelamatkan kami dari jurang keputusasaan. rumah matahari, itulah nama yang mereka berikan pada rumah sederhana mereka yang menjadi tempat perlindungan kami, jauh dari hiruk pikuk dan bau busuk kota jakarta. "terima kasih," ucap ramadhan, air mata berlinang, saat pertama kali merasakan kehangatan dan kasih sayang di rumah matahari. di sana, kami mendapatkan makanan yang cukup, pakaian yang layak, dan yang terpenting, kasih sayang yang selama ini kami rindukan. namun, kenangan akan masa lalu, masa-masa kelam kami berjuang melawan kelaparan dan keputusasaan di jalanan jakarta, tetap terukir dalam benak kami. baca juga:belajar dari sang gagak baca juga:belenggu sistem "setiap kali hujan turun, kami masih teringat betapa dingin dan laparnya kami," ujar neil, mengenang masa lalu. "aku tidak akan pernah melupakan itu," tambahnya. setiap kali perut keroncongan, kami teringat betapa sulitnya mencari makanan, betapa getirnya perjuangan untuk bertahan hidup di tengah lingkungan yang keras dan tak ramah. "sekarang kita punya rumah," kata kiola, tersenyum lebar. kenangan itu menjadi pengingat betapa berharganya kehidupan yang kami miliki sekarang, di rumah matahari. rumah yang terbuat dari kayu, jauh lebih kokoh dari rumah kardus kami dulu, namun yang paling penting adalah kehangatan dan kasih sayang yang melingkupi kami di dalamnya. kasih sayang yang tak pernah kami temukan di jalanan jakarta, di tengah dinginnya malam dan lapar yang selalu mengancam. bumi hujan 2024 (*) baca juga:cecep ingin menjadi kaya baca juga:ibu, pematang sawah dan cerita seorang gadis biodata penulis : erna wiyono, lahir di bogor pada 16 oktober, adalah seorang jurnalis, perupa, penulis, creative design program, manajer teddy arte lukisan daun & kopi, dan penari indonesia. melalui artikel, karya puisi dan prosa, karya-karyanya pernah dimuat di theasianparent community, potretmaluku.id, sinar indonesia baru, radar jember, halo jember, radar utara, jawa pos, radar kediri, sastramedia.com, korea.net, hallo.id, negerikertas.com, sastranews, elipsis, fokusmetrosulbar, fimela.com, dll erna aktif berpameran lukisan diantaranya ; pameran postcards from indonesia series 1 “kartu pos dari indonesia untuk swiss” 10-16 maret @siggenthal pastoralraum, baden-switzerland. bogor beauty n’bizarre art exhibition 4 – 11 juni 2023 @botani square mall bogor, pameran seni rupa dan nft re identify #1 & #2 bentara budaya jakarta & galeri astra lt.5, jakarta, “kunst in der kapelle”, badenart exhibition, 18-27 agustus 2023, baden, switzerland, dll. kontak aktif : wa/telegram/hp : 08118860280 fb : erna winarsih wiyono (nana) ig : @erna_w_wiyono_nana email : ernawinarsihwiyonomeetup@gmail.com
1
2
3
4
»
Last
Tag
# rumah matahari 2
# cerpen terbaru
# cerpen kehidupan
# karya tulis
# cerita pendek
# cerpen
Share
Koran Terkait
Kembali ke koran edisi RADAR UTARA, 23 MARET 2025
Berita Terkini
Mudik Menggunakan Mobil Pribadi ! Ikuti Tips Terhindar Dari Nyeri Punggung Selama Mengemudi
Lifestyle
51 menit
BBM Terancam Langka, Aparat Diminta Pantau Pengunjal BBM di SPBU
Berita Utama
51 menit
Bupati Arie Ajak Masyarakat Cegah Kebakaran Rumah Saat Mudik Lebaran
Berita Utama
1 jam
Bersiwak Tidak Hanya Sunnah Nabi, Tapi Begini Hasil Penelitiannya
Lifestyle
1 jam
Bupati Arie Lepas Ribuan Peserta Pawai Takbir Keliling
Berita Utama
2 jam
Berita Terpopuler
Setelah Sholat Id, Bupati Arie Langsung Open House di Balai Daerah
Berita Utama
4 jam
Rencananya Bupati Choirul Huda Sholat Idul Fitri di Masjid Agung Mukomuko
Berita Utama
4 jam
Mau Punya Wajah Glowing Saat Lebaran Idul Fitri ! Ini Tips Sederhana Yang Mudah Dilakukan
Lifestyle
23 jam
Udah Jarang Ditemui ! Temukan Manfaat Dari Jeruk Bali Bagi Kesehatan Wajah Yang Perlu Diketahui
Pendidikan dan Kesehatan
21 jam
Wajib Diketahui! Inilah 5 Area yang Wajib Dibersihkan agar Lebaranmu Lebih Nyaman dan Rumah Bebas Kuman
Lifestyle
22 jam
Berita Pilihan
Diduga Ngantuk, Pengemudi Honda Corolla Tabrak Pembatas Jembatan Air Sabu
Ketrina
17 jam
Breaking News! Tabrak Mobil Parkir, Pengendara Motor Asal Air Sekamanak MD
Berita Utama
4 minggu
Sambut Bulan Ramadhan, Warga Agung Jaya SP6 Gelar Tradisi Nyadran
Mukomuko
1 bulan
Bengkulu Digoyang Gempa, Ini Lokasinya
Berita Utama
1 bulan
Alhamdulillah, Rinto Supangat yang Hilang Itu Ketemu, Begini Kondisinya
Berita Utama
1 bulan