Curhatan Petani Hasil Padi Semakin Merosot

Curhatan Petani Hasil Padi Semakin Merosot -Radar Utara / Abdurrahman Wachid-
Termasuk proses pembajakan sawah, hanya dilakukan secara manual menggunakan sapi maupun kerbau yang dikendalikan oleh manusia.
Pada saat itu, ia mengungkapkan bahwa hasil produksi dalam satu kali panen, 3/4 hektar tanaman padi sawah bisa menghasilkan sebanyak 125 karung, atau setara dengan 6 ton lebih.
BACA JUGA:Tanam Merk Sibejo, Sisa Semangat Petani Padi di Bengkulu
BACA JUGA:Ratusan Hektar Untuk Jagung dan Padi Gogo
Dibandingkan dengan beberapa tahun terakhir, dengan luasan yang sama, hasil produksi yang dihasilkan maksimal hanya mampu sebanyak 75 karung, atau setara 3,5 hingga 4 ton saja.
"Pokoknya jauh sekali jika dibandingkan dengan dulu,"sambungnya.
Para petani tentu sangat bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi, bahkan ada yang berasumsi akankan dipengaruhi dengan pupuk subsidi yang dirasa kadarnya jauh lebih rendah daripada pupuk di masa lalu.
Atau persoalan bibit yang juga menjadi persoalan, yang saat ini mayoritas petani padi menanam padi bibit inpari. Apakah faktor air juga mempengaruhi hasil panen?
BACA JUGA:Wujudkan Swasembada Pangan, Butuh Sinergi Lintas Sektor, Disbun Siap Lahan Padi Gogo
BACA JUGA:Sawah Kemumu Diprediksi Hanya Sekali Musim Tanam Padi di 2025
Bahkan, pemikiran kecanggihan teknologi turut seakan mengotori pemikirannya, bahwa penggunaan mesin bajak sawah, maka bahan bakar dan oli dari mesin bajak yang tercecer di sawah itu bisa mencemari area sawah.
Sedangkan jika dahulu proses pembajakan menggunakan hewan ternak sapi dan kerbau, maka kotoran saa proses pembajakan bisa langsung menjadi pupuk organik disawah.
Persoalan ini masih menjadi PR nyata para pelaku pertanian secara langsung setiap hari bergelut dengan sektor kebutuhan pangan, padi.