Bibit Jadi Kendala Pengembangan Bawang Merah

Bibit Jadi Kendala Pengembangan Bawang Merah-shutterstock-
BENGKULU RU - Ketersediaan bibit menjadi salah satu kendala dalam pengembangan komoditi Bawang Merah, khususnya di Provinsi Bengkulu.
Ini disampaikan Kepala Bidang (Kabid) Hortikultura Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, Erry Siagian, M.Si, Minggu 09 Februari 2025.
Menurut Erry, komoditi Bawang Merah memiliki potensi besar jika dikembangkan di Bengkulu. Namun dalam pengembangannya cukup banyak kendala yang harus dihadapi, salah satunya ketersediaan bibit.
"Secara spesifik Bawang Merah dapat tumbuh, dan berproduksi di daerah manapun, baik di dataran tinggi maupun rendah," ungkap Erry.
BACA JUGA:Uji Coba Berhasil, Mukomuko Perluas Lahan Tanaman Bawang Merah
Pengembangannya, lanjut Erry, telah beberapa kali dilakukan, seperti di Rejang Lebong, Kepahiang dan beberapa daerah lainnya di Bengkulu sejak tahun 2022 lalu.
"Hanya saja para petani tidak mau mengembangkannya persoalan bibit. Dimana para petani mengaku kesulitan, karena harga bibitnya sangat mahal dan sulit untuk diperoleh," kata Erry.
Kendala lain, sambung Erry, yakni kemampuan petani untuk budi daya Bawang Merah. Mengingat budi daya ini memiliki nilai investasinya yang sangat tinggi.
"Sehingga masyarakat memilih mengembangkan tanaman lain. Bukan hanya itu, Bawang Merah Bengkulu cenderung kurang diminati lantaran kadar airnya yang sangat tinggi, berbeda dengan dari daerah lain seperti Brebes dan Lombok," ujar Erry.
BACA JUGA:Mukomuko Ditarget Sebagai Daerah Produsen Bawang Merah
BACA JUGA:Dinas Pertanian Targetkan Mukomuko Sebagai Daerah Produsen Bawang Merah
Erry menambahkan, saat ini pengembangannya cenderung dilakukan pemerintah kabupaten dengan menggandeng kelompok tani (Poktan), seperti di Kabupaten Mukomuko.
"Sejauh ini pengembangan Bawang Merah di Kabupaten Mukomuko baru seluas 5 hektar. Estimasi dari pengembangan ini, bisa memproduksi 8-10 ton per hektarnya," tutup Erry. (tux)