Menakar Kunci Sukses Swasembada Pangan

Salah satu fondasi utama dalam mendukung produktivitas petani di seluruh Indonesia. Pemerintah juga telah menyederhanakan mekanisme distribusi pupuk. Kini, PT Pupuk Indonesia langsung mendistribusikan pupuk ke kelompok tani atau pengecer, meminimalkan ham-ANTARA FOTO-

"Pemerintah pusat memiliki kewenangan untuk ikut membantu membangun irigasi di setiap daerah. Karena itu, saya minta usulan daerah dipercepat karena Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Pertanian akan membereskan semua," tegasnya.

BACA JUGA:Mewujudkan Asa Swasembada Pangan

BACA JUGA:Komitmen Swasembada Pangan, Mentan Andi Amran: Petani Milenial Gaji Rp 10 juta per Bulan

Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian, terutama di daerah-daerah yang selama ini mengalami kendala irigasi. Dengan dukungan yang terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah, para petani dapat menikmati infrastruktur yang lebih baik dan mendukung keberlanjutan hasil panen.

Optimisme Menuju Swasembada Pangan

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Kerangka Sampel Area (KSA), produksi padi dan jagung pada periode Maret hingga April 2025 diprediksi melimpah. Produksi padi diperkirakan mencapai 9 juta ton pada Maret dan 9,5 juta ton pada April. Angka ini menunjukkan prospek cerah bagi ketersediaan pangan nasional, dengan syarat penyerapan gabah oleh Bulog berjalan sesuai rencana.

Mas Dar menekankan pentingnya peran aktif Bulog dalam beberapa bulan ke depan.

BACA JUGA:Swasembada Pangan Keluarga

BACA JUGA:Mukomuko Wujudkan Program Swasembada Pangan Melalui Akselerasi PAT

"Lagi-lagi ini kita harus kroyokan. Karena KSA BPS memprediksi produksi Maret 9 juta, April 9,5 juta. Ini Bulog harus punya peran yang sangat besar. Daya ungkitnya harus besar dengan membeli gabah sesuai HPP. Jangan sampai kita habis diskusi tapi kita habis waktu di sini. Ingat, menurut hitungan kami, swasembada ditentukan di tiga bulan ke depan,"tuturnya.

Meski produksi diprediksi melimpah, tantangan tetap ada, terutama terkait harga pembelian gabah yang di beberapa daerah masih di bawah HPP. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk distribusi yang tidak merata dan dinamika pasar lokal. Oleh karena itu, Mas Dar mendorong pendekatan kolektif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, Bulog, dan para petani.

Pendekatan ini diharapkan mampu menciptakan stabilitas harga dan memastikan bahwa petani mendapatkan keuntungan yang layak dari hasil panen mereka. Dengan demikian, keberlanjutan produksi pangan dapat terjaga.

Langkah-langkah strategis yang diambil pemerintah, mulai dari peningkatan ketersediaan pupuk hingga percepatan pembangunan irigasi, menjadi sinyal positif bagi masa depan pertanian Indonesia. Dukungan ini tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi petani, tetapi juga memastikan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan.

BACA JUGA:Mengulas Sejarah Kejayaan Swasembada Pangan Indonesia, Pengekspor Beras Terbesar di Dunia

BACA JUGA:Dukung Swasembada Pangan, Bengkulu Utara Ditarget Tanam Jagung 6.000 Hektar

Namun, keberhasilan ini membutuhkan kolaborasi dan komitmen dari semua pihak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Mas Dar, swasembada pangan adalah tanggung jawab bersama yang memerlukan kerja keras dan sinergi yang kuat. Dengan optimisme yang tinggi dan langkah strategis yang tepat, cita-cita swasembada pangan bukanlah mimpi yang sulit diwujudkan. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan