Sungai Yang Meminta Kedatangan

Ilustrasi-ist-

"Kinong malu, Pak. Di mana-mana selalu jadi bahan ejekan."

Sampan menyusur pelan. Merasa tempat yang diperkirakan, mata Pak Prehatin mulai menjalar dan merabai setiap celah dalam hamparan sampah.

Sekarang semua bau menjadi satu. Mulailah Pak Prehatin dan putranya menarik baju membungkus lubang hidung.

"Yang pantas malu itu orang yang pake jasa Bapak, Nong. Nah itu!!!.." tunjuk Pak Prehatin menemukan apa yang dicari.

BACA JUGA:Kembali ke Laut

BACA JUGA:Ibu Sambung

Kinong tertarik. Dia yang semula lemas dan posisi duduk sekejab berdiri. Bau mulai kurang manakala sebentar lagi akan tergantikan dengan wangi lembar upahan.

"Siapkan tali agar tak hanyut lagi, Nong."

Permintaan sang ayah segera dipenuhi. Pak Prehatin mulai mengarak-arik tumpukan bambu dan plastik. Membuat jalan, itu yang sedang dipikirkan.

Kinong di belakang menatap objek temuan itu dengan tak lekang. Puluhan mungkin hal begini telah mereka lewati. Awalnya canggung dan jijik. Selepasnya hanya malu yang belum bisa pergi.  Sementara ketakutan? Akhh..!!Sudah musnah dalam pikiran.

BACA JUGA:FATAMORGANA BRAVIA MANJIA

BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN

Pak Prehatin menceburkan diri tanpa ragu. Berserak sampah itu menciptakan ruang lingkar akibat bobot yang dijatuhkan lalu segera merapat dan mengurung.

Pak Prehatin hampir hanyut karena arus liar. Belum lagi kadang kakinya serasa ditarik sebuah pusaran. Bertahan dia dengan jejakan kuat dan dorongan lengan seumpama sayap.

Dalam posisi mengapung dihimpit aneka kotoran, plastik, dan dedaunan; Pak Prehatin  yang yakin dengan kestabilannya lalu beri aba-aba untuk putranya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan