Kehe Daing, Laguna Tersembunyi di Sudut Kakaban
Laguna Kehe Daing, taman air tersembunyi di kawasan Derawan, Kalimantan Timur. -JADESTA-
Kehe Daing yang posisinya membelakangi Danau Kakaban justru berair jernih biru kehijauan dikelilingi oleh rindangnya pepohonan seperti sagu (Metroxylon sagu), merbau (Intsia bijuga), dan mangrove.
Bentuk Kehe Daing mirip aliran sungai, yang memanjang sejauh sekira 2 kilometer dengan perairannya yang dangkal, sekitar 1,5--2 meter.
BACA JUGA:Pesona Air Terjun Asin Pantai Nambung
Dilihat dari udara, laguna ini seperti nyaris menyatu dengan sisi laut dan hanya dipisahkan oleh daratan memanjang.
Rasa airnya asin seperti air laut. Maklum saja karena bersumber dari rembesan air laut yang menyusup melewati celah sempit menyerupai lubang kecil.
Bentuk lubang kecil tadi baru bisa dilihat dengan mata telanjang saat air laut sedang surut dan sedikit sulit untuk dilewati oleh orang dewasa.
Lubang itu yang melatari penyebutan nama laguna jernih tersebut, lantaran dalam bahasa suku Bajau yang mendiami Kepulauan Derawan, "kehe" berarti lubang dan "daing" adalah ikan.
BACA JUGA:6 Trik Packing supaya Lebih Mudah dan Praktis Buat Liburan, Bebas Drama!
BACA JUGA:Begini 7 Tips dan Cara Untuk Mengatur Durasi Liburan yang Tepat dan Tetap Menyenangkan
Jadi, Kehe Daing artinya adalah lubang ikan. Berhubung Kehe Daing terletak di pulau tak berpenghuni yang dikelilingi oleh hutan belantara dan perairan, maka akses satu-satunya adalah melalui jalur laut.
Pengunjung dapat menumpang perahu cepat (speedboat) seharga Rp150.000 per orang yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Batu, Berau ke Pulau Derawan dan transit di Kakaban dengan waktu tempuh 30--45 menit.
Atau dari Pelabuhan Tanjung Redeb ke Kakaban dan Maratua dengan tarif Rp350.000. Jika berangkat secara rombongan maksimal 16 orang bisa menyewa speedboat seharga Rp3 juta.
Apabila akses masuk ke Danau Kakaban telah dilengkapi oleh dermaga apung serta jalan kayu sepanjang 400 meter yang diresmikan oleh Bupati Berau Sri Juniarsih Mas pada 20 Juni 2024 lalu, maka tidak demikian halnya dengan Laguna Kehe Daing sebab untuk memasuki kawasan ini hanya bisa melalui tangga kayu yang digunakan sewaktu air laut sedang pasang. Kalau surut, pengunjung bisa mencoba masuk lewat lubang kecil asalkan sesuai dengan ukuran tubuh pengunjung.