Percepat Transformasi Energi Bersih dengan Pendanaan Hijau
Pemerintah berupaya mempercepat pengurangan emisi karbon, memanfaatkan energi terbarukan, dan melibatkan berbagai mitra internasional dalam perjalanan menuju lingkungan yang lebih bersih. -Dok PLN-
PLN, sebagai pusat transisi energi nasional, telah menyiapkan berbagai mekanisme seperti Sustainable Linked Financing Framework (SLFF) untuk menarik investasi lebih dari USD100 miliar, yang digunakan untuk proyek pembangkit listrik berbasis EBT, transmisi pintar, dan pengembangan jaringan.
Untuk itulah pemerintah berharap banyak pada pendanaan, terutama dalam ajang internasional, seperti konferensi COP-29. Pertemuan internasional ini secara rutin membahas kewajiban para anggota COP untuk pembiayaan energi bersih.
Kantor Berita BBC melaporkan pada Minggu (17/11/2024) dalam pertemuan COP-29 juga dibahas soal isu tersebut. Kelompok yang mewakili 45 negara berkembang menyatakan mereka membutuhkan dana hijau setidaknya sebesar USD1 triliun pada 2030 agar dapat mengimplementasikan rencana aksi iklim mereka. Selain itu, kelompok lainnya yang mewakili 54 negara Afrika mengatakan negara-negara maju harus menyumbangkan USD1,3 triliun dana hijau pada 2030.
BACA JUGA:Pertamina Bangun 114 Desa Energi Bersih untuk Percepat Transisi Energi
BACA JUGA:PLN Siap Layani Kebutuhan Energi Bersih, Dukung Investasi Berkelanjutan di Tanah Air
Sebuah studi yang dilaksanakan Kelompok Ahli Tingkat Tinggi Independen untuk Pendanaan Iklim di bawah pengawasan PBB, menyatakan perlu investasi iklim sebesar USD2,4 triliun per tahun pada 2030 di negara-negara berkembang.
Laporan PBB ini mengatakan negara-negara berkembang membutuhkan antara USD187 miliar hingga USD359 miliar per tahun hanya untuk adaptasi. Padahal pada 2022 mereka hanya menerima USD28 miliar untuk kebutuhan ini. (**)
Sumber Indonesia.go.id