Kembalinya Candi Lumbung ke Desa Sengi
Candi Lumbung tempat peribadatan umat Hindu di sekitar Merapi. -ist-
Kendati sempat diperkuat oleh talut untuk menahan tebing agar tidak longsor, sayangnya upaya itu kalah oleh kekuatan alam.
Sejatinya, di sekitar Candi Lumbung masih terdapat 2 bangunan serupa yakni Candi Asu dan Candi Pendem. Hanya saja, posisi kedua bangunan tadi masih lebih aman dibandingkan Candi Lumbung.
BACA JUGA:Di Balik Pesona Festival Gandrung Sewu Banyuwangi: Menyimpan Sejuta Filosofi
BACA JUGA:Menembus Lorong Waktu Desa Adat Bena Flores
Demi menyelamatkan situs bersejarah tersebut, pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCP) Provinsi Jawa Tengah pada September 2011 memindahkannya ke Dusun Tlatar, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan.
Pihak BPCB Provinsi Jateng sampai harus menyewa lahan milik warga dalam proses pemindahan candi supaya tetap aman dan tidak rusak atau hilang tergerus banjir lahar dingin.
Candi Lumbung terdiri dari 32 lapisan batu dengan bagian tengah bangunan memiliki rongga berupa lubang selebar 120 sentimeter dan merupakan ruang dalam candi.
Tepat di bagian bawah rongga terdapat fondasi berupa batu susun 8 setinggi 3,5 meter dengan lubang di tengahnya yang berfungsi sebagai resapan air.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Jauh Dunia Aksara Kuno
BACA JUGA:Mengenal Lebih Jauh Dunia Aksara Kuno
Secara Manual
Proses pemindahan candi melibatkan ahli arkeologi dalam menyusun ulang bebatuannya yang seluruhnya dikerjakan secara manual.
Saat proses pemindahan terjadi, para pekerja sempat menemukan tulang belulang makhluk herbivora berupa rahang atas, gigi, lengan, dan kaki belakang yang berada di bawah bangunan candi.
Kegiatan pemindahan berakhir di awal 2012 dan sejak itu Candi Lumbung dapat kembali digunakan sebagai tempat peribadatan.
Agar terhindar dari terpaan abu vulkanik ketika Merapi erupsi untuk melindungi tubuh candi sebagai cagar budaya, pihak BPCB Provinsi Jateng telah menyiapkan plastik raksasa warna putih.
BACA JUGA:Menjaga Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun