Swasembada Pangan Keluarga

TPID saat meninjau pasokan beras di Komplek Pergudangan Bulog Taba Tembilang di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu-Radar Utara/Benny Siswanto-

Dengan menanami aneka buah, sayur mayur dan ternak yang dibudidayakan dengan baik, sehingga liar dan mengganggu tanaman tetangga, pasangan ini menjadikan sistem swasembadanya sebagai produsen sayur mayur dan juga produsen pupuk organik yang diolah, kemudian dijadikan pupuk untuk aneka tanamannya. 

"Nyaris mengolah seluruh limbah rumah tangga dan ternak, menjadi pupuk dan makanan ternak juga. Praktis, keluarga ini mampu memenej atau menekan penggunaan pestisida pada tanaman. Sayur mayur dan ternak yang dihasilkan pun lebih sehat pastinya," Sabani, memotivasi. 

BACA JUGA:Upaya Peningkatan Produksi Beras Nasional, Mengejar Swasembada Beras 2027

BACA JUGA:5 Poktan Suka Baru Usulkan Program Irigasi Perpipaan, Kejar Target Swasembada Pangan

Homestead yang dilakukan oleh pasangan suami asal Klaten, Jawa Tengah itu dipandang Sabani sangat layak untuk dicontoh. 

Apalagi, kata dia, keberadaan pekarangan rumah di Kabupaten Bengkulu Utara yang relatif masih sangat leluasa, ketimbang membandingkan luas pekarangan kebanyakan di pulau Jawa yang sudah sempit, pola-pola intensifikasi pekarangan dan pertanian di daerah ini lebih strategis. 

"Dan ini bisa menekan laju inflasi. Karena daya beli di masyarakat akan terjaga. Spekulan juga lebih bisa diminimalisir," ungkapnya. 

"Prinsip ekonomi sangat berlaku di pasar, terkait supply dan demand," jelasnya lagi. 

BACA JUGA:Mukomuko Wujudkan Program Swasembada Pangan Melalui Akselerasi PAT

BACA JUGA:Mengejar Kembali Swasembada Pangan

Sebelumnya, Kabag Ekonomi Setkab Bengkulu Utara, Nurhayati, SE, ME, saat dibincangi perihal kondisi harga kebutuhan pokok di pasaran daerah, menilai masih dalam rentang harga yang relatif stabil. 

Meski begitu, mantan Sekdis Kominfo ini, menyebutkan sebagai komposan Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID), pihaknya bersama dengan stakeholder teknis terus melakukan update kondisi harga-harga kebutuhan pokok, khususnya yang rawan memantik inflasi. 

"Sejauh ini hasil pantauan di lapangan, kondisi harga-harga di pasaran relatif normal. Artinya, bisa terjadi kenaikan, bisa terjadi penurunan, namun dalam kadar yang dapat dimaklumi," jawab Nurhayati, saat dibincangi di ruang kerjanya, Rabu, 13 November 2024. 

Diakuinya, beberapa harga kebutuhan harian di masyarakat yang memiliki potensi menggerakkan laju inflasi di daerah, bahkan nasional menjadi cermatan. 

BACA JUGA:Pertamina Dukung Target Swasembada Energi Presiden Prabowo dengan Inovasi Energi Rendah Karbon

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan