Indonesia Menuju Kedaulatan Mineral Kritis
Tumpukan katoda tembaga dipajang di sela Peresmian Produksi Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Smelter PTFI, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. Indonesia sebagai salah satu produsen nikel terbesar dunia, pemerintah menargetkan untuk men- ANTARA FOTO/ Rizal Hanafi-
Indonesia memiliki potensi besar untuk kobalt yang merupakan mineral kunci dalam pembuatan baterai. Namun, produksi kobalt di Indonesia biasanya terkait dengan produksi nikel, karena kobalt adalah produk sampingan dari penambangan nikel laterit.
Cadangan kobalt Indonesia diperkirakan mencapai 600.000 ton.
Indonesia mulai berfokus pada peningkatan kapasitas pengolahan kobalt, seiring dengan pembangunan smelter nikel dan pabrik baterai pada 2023
BACA JUGA:Babak Baru Industri Tembaga Indonesia, Menjadi Tonggak HilirisasiBACA JUGA:Babak Baru Industri Tembaga Indonesia, Menjadi Tonggak HilirisasiBACA JUGA:Inilah Empat Jurus Pemulihan Industri Tekstil Nasional
Bauksit (Aluminium)
Indonesia memiliki cadangan bauksit yang melimpah, diperkirakan mencapai 1,2 miliar ton. Produksi bauksit Indonesia mencapai 20 juta ton, yang sebagian besar diekspor atau diolah menjadi alumina untuk industri aluminium pada 2022
Timah
Indonesia adalah salah satu produsen timah terbesar di dunia, dengan cadangan mencapai 2,8 juta ton, sekitar 16 persen dari cadangan global. Produksi timah Indonesia pada 2022 mencapai 68.000 ton, menjadikannya produsen timah terbesar kedua di dunia setelah Cina.
BACA JUGA:Babak Baru Industri Tembaga Indonesia, Menjadi Tonggak Hilirisasi
BACA JUGA:Menyongsong Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan, Dengan Industri Kendaraan Berbasis Listrik
Litium (Potensi)
Indonesia belum memiliki cadangan litium yang signifikan yang telah dieksplorasi secara komersial. Namun, mengingat meningkatnya permintaan untuk baterai, pemerintah sedang mengeksplorasi potensi cadangan litium di beberapa wilayah, meskipun litium belum menjadi produk andalan. (**)
Sumber Indonesia.go.id