Limbah Kelapa Sawit untuk Ekonomi Berkelanjutan
Setiap tahun, industri sawit menghasilkan sekitar 60 juta ton limbah, termasuk limbah cair (POME) dan limbah padat (serbuk sawit). Jika dikelola dengan baik akan menjadi komoditas yang menguntungkan. -ANTARA FOTO-
Program B35 yang diluncurkan pada 2023 berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 32,6 juta ton CO2.
Selain itu, pengembangan biofuel dari limbah kelapa sawit juga berpotensi untuk menghemat devisa hingga Rp158,86 triliun. Pemerintah berencana memperluas penggunaan biodiesel menjadi B40 pada 2025 yang menunjukkan komitmen untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya kelapa sawit secara berkelanjutan.
BACA JUGA:Program Replanting Sawit Berlanjut, Diserahkan Penuh ke Poktan
BACA JUGA:Berharap dari Sawit Menuju Net Zero Emission
Sumber Daya Ekonomi
Meski menawarkan banyak keuntungan ekonomi, proses pengolah kelapa sawit sejatinya menyisakan tantangan besar yang harus dihadapi.
Yakni, pengelolaan limbah kelapa sawit. Berdasarkan data dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), setiap tahun, industri sawit menghasilkan sekitar 60 juta ton limbah, termasuk limbah cair (POME) dan limbah padat (serbuk sawit).
Jika tidak dikelola dengan baik, limbah itu dapat mencemari lingkungan. Tapi jika dimanfaatkan dengan tepat, justru dapat memberikan keuntungan ekonomi yang signifikan.
Itu sebabnya, pemanfaatan limbah kelapa sawit menjadi isu yang mendesak. Tak hanya menyentuh aspek keberlanjutan lingkungan, melainkan memegang peranan penting dalam memberdayakan masyarakat, terutama di daerah pedesaan.
BACA JUGA:KPH Usulkan Pemusnahan Kebun Sawit di HPT
BACA JUGA:Program Bantuan Benih Sawit Unggul Ditiadakan
Oleh karena itulah, saat pidato di Konferensi Internasional 2024 yang berjudul "Valorising Oil Palm and Agri Waste Feedstocks", Menko Airlangga menekankan pentingnya limbah kelapa sawit sebagai komponen kunci dalam strategi ekonomi sirkular.
Menurut Airlangga, manfaat pemanfaatan limbah tidak hanya terbatas pada solusi lingkungan. Pemanfaatan limbah juga berpotensi menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan pendapatan petani kecil di Indonesia.
Yang dimaksud limbah kelapa sawit, di antaranya adalah cangkang inti sawit. Dengan nilai kalori yang setara dengan batu bara peringkat rendah, cangkang inti sawit memiliki potensi besar dalam merevolusi lanskap energi Indonesia.
Prediksi menunjukkan bahwa pada 2024 produksi cangkang inti sawit Indonesia akan mencapai lebih dari 13,4 juta ton. Sebagian besar dari jumlah itu digunakan sebagai bahan bakar boiler di pabrik kelapa sawit.
BACA JUGA:Produksi Anjlok Harga Sawit Terus Melonjak, Tertinggi Rp 2.580 Per Kg