Prospek Obat Bahan Alam, Momentum Emas Industri Hijau Indonesia

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyebut bahwa industri Obat Bahan Alam memiliki nilai produksi yang terus meningkat, dengan estimasi mencapai Rp 3 triliun pada 2024. -PEXELS-

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat bahwa perkembangan industri OBA bukan hanya karena preferensi konsumen yang beralih pada produk alami, tetapi juga didorong oleh inovasi teknologi yang semakin canggih.

"Produk OBA saat ini berkembang pesat seiring dengan tren masyarakat yang beralih pada produk alami. Kekayaan biodiversitas Indonesia memberikan peluang besar untuk pengembangan OBA," ujar Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI), Andi Rizaldi.

Dalam upaya mendukung pertumbuhan ini, pemerintah Indonesia melalui Kemenperin dan kementerian terkait, seperti Kementerian Kesehatan dan BPOM, aktif mendorong regulasi yang melindungi konsumen sekaligus memperkuat daya saing produk OBA.

BACA JUGA:Menyongsong Masa Depan Transportasi Ramah Lingkungan, Dengan Industri Kendaraan Berbasis Listrik

BACA JUGA:Babak Baru Industri Tembaga Indonesia, Menjadi Tonggak Hilirisasi

Salah satu langkah penting yang diambil pemerintah adalah peresmian House of Wellness pada Februari 2024, sebagai pusat riset dan pengembangan produk OBA yang menggabungkan sains modern dengan warisan tradisi leluhur.

 

Inovasi Teknologi dan Penguatan Pengawasan

Industri obat bahan alam di Indonesia tidak hanya bergantung pada kekayaan alam, tetapi juga mengandalkan inovasi teknologi.

Dalam hal ini, penggunaan teknologi produksi mutakhir dan pengawasan kualitas yang lebih baik sangat penting untuk memastikan produk yang aman dan berkualitas tinggi.

Misalnya, teknologi ekstraksi modern telah memungkinkan pemisahan senyawa aktif dari bahan alam dengan lebih efisien, tanpa menghilangkan khasiat alaminya.

BACA JUGA:Inilah Empat Jurus Pemulihan Industri Tekstil Nasional

BACA JUGA:PLN Siapkan Listrik Bersih Layani Pertumbuhan Industri Data Center di Indonesia

Selain itu, pemerintah berupaya memperkuat pengawasan dengan membentuk Jejaring Laboratorium Pengujian Obat Bahan Alam (JLPOBA).

Jaringan ini menggabungkan beberapa laboratorium penting, termasuk Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kimia, Farmasi, dan Kemasan (BBSPJIKFK), Pusat Pengembangan Pengujian Nasional Obat dan Makanan (PPPOMN) di bawah naungan BPOM, serta beberapa universitas terkemuka seperti IPB University dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Kerja sama ini bertujuan meningkatkan keamanan dan kualitas produk OBA yang beredar di pasar.

“Dengan bergabung dalam JLPOBA, kami berharap dapat memberikan manfaat bagi perkembangan industri OBA di Indonesia dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk lokal,” jelas Kepala BBSPJIKFK Siti Rohmah Siregar.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan