Babak Baru Industri Tembaga Indonesia, Menjadi Tonggak Hilirisasi

Kamis 26 Sep 2024 - 20:55 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Ependi

Smelter Gresik ini akan memainkan peran vital dalam industri tambang Indonesia. Sebelum smelter ini beroperasi, banyak hasil tambang, termasuk konsentrat tembaga dari tambang Grasberg di Papua, diekspor dalam bentuk mentah tanpa nilai tambah yang signifikan.

Dengan adanya fasilitas ini, konsentrat tembaga bisa diolah di dalam negeri menjadi produk bernilai tinggi, seperti katoda tembaga, emas, dan perak.

BACA JUGA:Pertamina Eksplorasi Peluang Kerja Sama Hulu Migas di Amerika Latin dan Karibia

BACA JUGA:Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas dalam Era Transisi Energi

Dampak Ekonomi dan Kontribusi Sosial

Pembangunan smelter Freeport tidak hanya berdampak pada pengembangan industri pertambangan, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang signifikan. Presiden Jokowi memperkirakan penerimaan negara dari proyek ini akan mencapai Rp80 triliun.

"Dengan investasi sebesar Rp56 triliun, penerimaan negara diperkirakan mencapai Rp80 triliun, baik dari dividen, royalti, pajak penghasilan badan, PPh karyawan, pajak daerah, serta bea keluar dan pajak ekspor," papar Jokowi.

Kontribusi ekonomi ini menunjukkan bahwa hilirisasi SDA dapat meningkatkan nilai tambah bagi negara secara signifikan. Dengan smelter yang mampu memproses 1,7 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan mulai mengekspor produk yang sudah diolah.

Selain itu, pembangunan smelter juga sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai negara industri maju.

BACA JUGA:Menteri ESDM: Optimasliasi Blok Migas Sanggup Kerek Produktivitas

BACA JUGA:PHE Buktikan Kinerja Optimal, Catat Produksi Migas Lebih dari 1 Juta Barel per Hari

"Dengan smelter ini, harapan kita untuk menjadi negara industri yang mengolah sumber daya alam kita sendiri semakin nyata. Kita tidak lagi hanya mengekspor bahan baku mentah," tegas Presiden.

Smelter Freeport di Gresik juga memberikan dampak positif terhadap penciptaan lapangan kerja. Menurut Presiden Direktur PTFI, Tony Wenas, pada saat beroperasi penuh, smelter ini akan mempekerjakan 2.000 orang, yang terdiri dari 1.200 karyawan kontraktor dan 800 karyawan langsung dari PTFI. Selama masa konstruksi, lebih dari 40.000 tenaga kerja telah dilibatkan dalam proyek ini.

Dengan kapasitas penuh, smelter ini mampu mengolah 1,7 juta ton konsentrat tembaga setiap tahun, menghasilkan 600 hingga 700 ribu ton katoda tembaga.

"Kapasitas input konsentrat akan terus meningkat setiap bulan hingga mencapai 100% pada Desember, yaitu sebesar 1,7 juta ton," jelas Tony Wenas.

BACA JUGA:Industri Nonmigas di Luar Jawa, Tren Positif Menuju Pemerataan

Kategori :