"Cuma memang, relatif masih perlu tindaklanjut penyikapan oleh pemerintah yang lebih konkret. Untuk memberikan pemahaman yang lebih maksimal di masyarakat," ucapnya.
BACA JUGA: Penyusunan Dokumen Kontijensi Bencana Gempa dan Tsunami Libatkan BNPB
BACA JUGA:BPBD Susun Draf Dokumen Kontijensi Bencana Gempa dan Tsunami
Pasalnya, teknologi kegempaan di Indonesia ini bahkan dunia, belum mendapati keilmuan yang sejalan dengan ekspektasi publik saat ini.
"Contoh, masih banyak orang nanya "pak, gempanya itu kapan, karena isunya sudah sering muncul," ungkapnya.
Minta Simulasi yang Lebih Nyata
SIMULASI bencana di wilayah pulau dan lainnya, diakui Tedy, memang sangat penting. Memang pernah, kata dia, simulasi kebencanaan dilakukan, tapi lokus simulasi yang perlu dievaluasi.
"Manajemen simulasi kalau menurut saya perlu dievaluasi dan dilakukan lebih sering. Jangan simulasi itu di lapangan misalnya. Tapi lebih ke jalur-jalur evakuasi. Jadi seperti situasi nyata," terangnya, menganalisa.
BACA JUGA:Folklor Jepang Soal Ramalan Gempa Ketika Ikan Ini Muncul
BACA JUGA:Gempa Dahsyat Potensi Terjadi di Bengkulu Utara
Pantauan media, simulasi bencana sempat dilakukan di Enggano, belum lama ini. Saat itu, Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Bengkulu yang menggelarnya.
Drill atau simulasi yang mumpuni menjadi kebutuhan. Karena secara geografis, kata Tedy, memang Indonesia berada di kawasan cincin api.
Itu dia sampaikan, karena membaca paparan dari para ahli hingga perkembangan-perkembangan informasi belakangan ini yang mengulas soal potensi gempa.
"Kami berharap, simulasi bisa dilakukan oleh pemerintah daerah," pungkasnya. (*)