RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Sejarah kegempaan nasional, sudah menjadi bukti bahwa Indonesia memang berada di kawasan rawan gempa.
Guncangan "baru" atau gempa yang terjadi pada kisaran tahun 2000-an, turut tergambar konsekuensi atas wilayah Indonesia yang berada di lingkaran api pasifik atau ring off fire.
Menyitir lansiran Pusat Studi Gempa Nasional (PuSGeN), diawali dengan gempa dengan kekuatan 9,2 skala richter, yang terjadi di Aceh pada 26 Desember 2004.
Guncangan dahsyat kemudian disusul dengan tsunami dengan titik tertinggi mencapai 34 meter itu, menjadi catatan kegempaan nasional terparah yang menimbulnya menelan korban jiwa hingga 283.106 orang.
BACA JUGA:September Kelam di Indonesia, Kematian 3.309 Jiwa Usai Gempa
BACA JUGA:Sebelum Bengkulu, Gempa Dangkal Juga Terjadi di Wilayah Indonesia Timur, BMKG Imbau Pentingnya Drill
Berikutnya, gempa di Nias yang juga berada di Pulau Sumatera. Terjadi pada 28 Maret 2005 dengan magnitudo 8,6 SR yang merenggut 1.346 korban jiwa.
Gempa di Yogyakarta yang terjadi pada 27 Mei 2006. Meski dengan magnitudo yang lebih rendah yakni 6,4 SR, nyatanya musibah itu menyebabkan korban jiwa cukup banyak, mencapai 6.234 jiwa.
Gempa Padang di Sumatera Barat yang terjadi pada 30 September 2009. Dengan kekuatan 7,6 SR, bencana alam itu sampai-sampai menyebabkan 1.117 korban jiwa.
Gempa Sulawesi, tepatnya di Kota Palu yang terjadi pada 28 September 2018. Dengan magnitudo 7,4 SR, mengakibatkan kerusakan dan merenggut 2.045 jiwa.
BACA JUGA:BREAKING NEWS! Gempa Dangkal 4,5 SR Guncang Bengkulu Utara
BACA JUGA:Ancaman Gempa Megathrust, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada
Apalagi, membaca buku-buku sejarah lampau, pada era kolonialisme. Narasi dan catatan, bahwa nusantara merupakan kawasan yang sering terjadi gempa, kian saja dibuktikan kuat dengan kejadian tahun-tahun 2000-an.
Layaknya Thomas Stamford Raffles pada 1811-1816, pernah menulis tentang peristiwa gempa yang terjadi pada 1699. Konon, akibat gempa itu membuat lingkungan Batavia semakin tidak sehat.
Ulasan lainnya, Raffles juga menuliskan gempa sebagai salah satu musabab banyaknya candi-candi pupuler di nusantara rusak. Versinya, hanya gempa tektonik dengan kekuatan besar yang mampu menyebabkan kerusakan semacam itu.