RADARUTARA.BACAKORAN.CO- Dalam perjalanan panjang, sejak 1970-an, industri daur ulang di Indonesia pun terbilang kenyang pengalaman. Jika awalnya dipandang sebelah mata, saat ini semakin diminati. Bahkan sejumlah investor rela merogoh kocek dalam, berinvestasi besar-besaran.
Sekadar menyebut contoh adalah Mayora Group yang menginvestasikan Rp183 miliar untuk pabrik daur ulang recycled PET plastic (RPET) dengan kualitas yang memenuhi standar keamanan pangan (food grade). Kapasitas produksinya sebesar 22.000 ton per tahun dan menyerap tenaga kerja lokal lebih dari 150 orang dan didukung dengan teknologi paling modern.
Saat ini ekosistem industri daur ulang boleh dibilang sudah terbentuk dan mapan. Adanya pabrik daur ulang besar dengan teknologi modern akan semakin ekonomi sirkular serta dapat meningkatkan tingkat pengumpulan sampah plastik di Indonesia.
Selain daur ulang plastik yang sudah banyak dikenal awam, di dalamnya juga terdapat beberapa komoditi lain yang potensial untuk dikembangkan di dalam negeri, di antaranya daur ulang kertas, tekstil, hingga besi baja.
BACA JUGA:Trail Adventure Belajarlah di Alam Bumi Trans Bengkulu Utara
Mengutip data Asosiasi Daur Ulang Indonesia (ADUPI), populasi industri daur ulang plastik di Indonesia, dalam data Kementerian Perindustrian, pada tahun 2023, berjumlah sekitar 241 industri dengan nilai investasi mencapai Rp20 trilliun dan kemampuan produksi sebesar 2,54 juta ton per tahun. Saat ini, industri daur ulang di tanah air mampu menyerap tenaga kerja hingga 3,3 juta orang.
Dengan potensi yang terus berkembang, industri daur ulang (sampah botol plastik) dipastikan akan berperan besar terhadap lingkungan dan sekaligus pertumbuhan ekonomi negara. Terlebih dengan adanya upaya pemerintah untuk mengurangi sampah plastik di lautan sampai 70% di tahun 2025, peluang tumbuh pun kian besar.
Momentum sudah terbuka, tinggal para pelaku memanfaatkan. Seiring dengan komitmen Pemerintah untuk memacu pembangunan melalui konsep industri hijau dengan prinsip menggunakan sumber daya alam yang efisien, dapat diguna ulang, ramah lingkungan, berkelanjutan, serta memanfaatkan sampah sebagai energi alternatif.
“Saat ini, isu terkait ESG (environmental, social, and governance) dan industri hijau sudah menjadi perhatian yang penting. Bahkan bila mencermati Leaders Declaration KTT G20 yang lalu, ada penekanan memperkuat implementasi ESG dan industri hijau,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita.
BACA JUGA:Mitos Atau Fakta, Sering Marah-Marah Bisa Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi, Simak Faktanya Berikut
Peran Industri Daur Ulang
Merujuk pandangan Menperin Agus Gumiwang, permasalahan sampah di Indonesia sampai saat ini terus berkembang dan merupakan sebuah permasalahan yang membutuhkan solusi segera untuk diatasi secara bersama-sama. Sebab, dari pengumpulan sampah plastik yang ada saat ini, baru sekitar 20 persen yang bisa dipergunakan sebagai bahan baku plastik dengan kualitas food grade. Oleh karena itu, salah satu pendekatan pengelolaan sampah nasional adalah pendekatan circular economy (ekonomi sirkular).
Wujud penerapan circular economy terhadap pengolahan sampah adalah dalam bentuk daur ulang. Peluang bisnis semacam ini sudah di depan mata. Tren untuk menggunakan produk-produk recycle itu juga semakin tinggi, terutama di market luar negeri, yang akan menjadi target pasar ekspor nasional.