Posisi kedua, ditempati ekspor Besi dan baja dengan nilai 2.169.448.807,257 (USD) dengan berat 1.884.611.203,536 (kg). Sedangkan importasi yang terjadi nilainya 735.013.847,000 (USD) dengan bobot 928.910.596,000 (kg).
BACA JUGA:Gubernur Rohidin Ajak Teladani Nabi Ibrahim dan Ismail AS
BACA JUGA:Pupuk Kepedulian dan Kedermawanan, Pemprov Bengkulu Salurkan 10 Hewan Kurban
Posisi ketiga ekspor, didukung oleh Lemak dan minyak hewani/nabati di angka 1.871.834.978,026 (USD)dengan berat 2.029.667.016,707 (USD). Sedangkan impor 15.862.403,000 (USD) dan berat impor 6.550.986,000 (kg).
Geliat sektor industri di dalam negeri, agaknya masih menunjukkan optimismenya. Pada periode itu, meski nilai ekspor Mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya nilainya 988.889.865,204 (USD) dengan berat ekspor 49.015.041,611(kg).
Berbalik situasi, segmen yang agaknya didominasi oleh sektor manufaktur ini, nilai impor yang tercatat di angka 2.140.423.222,000 (USD) dengan berat impor 110.720.847,000 (kg).
Lesu di sektor ekspor dan impor nampaknya bakal mewarnai grafis berikutnya yang belum dirilis pemerintah. Ini terkait nilai tukar rupiah terhadap dolar yang terus melemah.
BACA JUGA:Potong 370 Ekor Hewan Kurban, Meri Sasdi: Wujudkan Islam Yang Ramah, Peduli dan Sejuk
BACA JUGA:Berkah Idul Adha, 23 Hewan Kurban Dari HM. Saleh Disembelih Serentak
Dunia usaha sendiri sudah mulai mengkhawatirkan situasi ekonomi di tengah transisi pemerintahan dari Presiden Joko Widodo atau Jokowi kepada Presiden terpilih hasil Pemilu 2024, Prabowo Subianto yang berpasangan dengan sulung rezim lama : Gibran Raka Buming Raka.
Pelemahan ekstrem rupiah terhadap dolar, kian membuat ketar-ketir dunia kerja. Kebijakan adaptif dunia kerja, memungkinkan terbukanya pengetatan fiskal yang merembet hingga ke Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK massal.
Peringatan situasi prediktif ini, sebagaimana baru-baru ini disampaikan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), Shinta Kamdani.
Menurut dia, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang kian dalam, akan berimbas pada beberapa dinamika di dunia kerja secara langsung dan tidak langsung.
Dalam analisanya, rupiah yang terus terpuruk menjadi Rp 16.412 per dolarnya, akan berdampak pada risiko penurunan kinerja usaha.