BACA JUGA:Cara Terbaik Dalam Berikan ASI untuk Bayi
"Naina san!"
"Ya, bagaimana?"
"Apa kau tuli, ini keenam kalinya aku memanggilmu, atau ada hal yang membuat pikiranmu terasa berat?"
"Tidak ada, aku sedang..."
"Sedang apa."
"Eh, tidak ada."
"Hmmm ... terasa aneh jawabanmu itu, lembar tugas ini harus kita kumpulkan sebelum pukul 15.00."
"Oh, baiklah Pluto."
BACA JUGA:Saat Debit Air Dunia Anjlok, Yuk Belajar lagi tentang Definisi Sungai, DAS dan Wilayah Sungai
BACA JUGA:Pelajaran Penting dari Upaya Raja Mataram Menggebuk VOC Agar Hengkang dari Nusantara
Gravitasi Bumi mempertemukanku dengan Pluto di mata pelajaran Fisika kelompok, jerawatku mulai tumbuh satu persatu. Aku Naina, seorang perempuan berwatak keras kepala, tidak begitu feminim, namun perasaanku pada Pluto membuatku lebih memperhatikan penampilanku ketimbang dahulu. Aku membawa sisir kecil dan kaca di dalam tasku, sepasang telinga dipakaikan anting kecil berbentuk bintang, dan parfum beraroma bunga kerap kusemprotkan di titik dekat area leherku.
belajar bersama, tumbuh, dan saling melengkapi dengan segala keunikan dan kelebihan yang dimiliki masing-masing.
sekuat apapun tarikannya, takkan pernah bisa dipisahkan oleh jarak dan waktu. Kereta menuju rute tujuan, dua puluh tujuh tahun lalu Pluto mengucapkan sayonara bersama pesan berupa delapan surat dari rute mata angin berbeda.
Pluto bercerita tentang rasa lelah yang menderanya, tentang sepi ketika bintang utara tak lagi bersamanya, dan sungai yang jernih menjadi tempatnya berlama-lama untuk melamun, duduk di atas batu besar, Lalu dari sepucuk surat arah barat, Pluto masih dengan mimpinya menjadi pelita bagi gelap di sekitarnya.
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Ternyata Daun Pandan Mampu Mengobati Berbagai Penyakit di Tubuh Kita