Wisata Gua Batu Cermin dengan koleksi fosil purba berbentuk terumbu karang dan aneka ikan

Sabtu 20 Apr 2024 - 17:49 WIB
Reporter : Debi Susanto
Editor : Ependi

Ini lantaran bagian stalaktit gua tepat di pintu masuk tingginya tak sampai satu meter dan lorong untuk kita berjalan pun sangat sempit. 

Kondisi seperti ini membuat kepala kita harus terus berjalan merunduk bahkan sampai sedikit berjongkok dan hati-hati mengatur langkah agar tidak terperosok.     

 Fosil Kehidupan Laut

Perjuangan merunduk hingga berjongkok menyusuri lorong sempit dan terjal dengan stalaktit rendah selama sekitar lima menit itu membuahkan hasil. 

BACA JUGA:Persoalan Banjir, WALHI Bengkulu: DAS Sedang Tidak Baik-Baik Saja

BACA JUGA: Jarang Diketahui 5 Manfaat Rebusan Kayu Manis

Kita pun sampai di sebuah ruang luas dan besar, kira-kira berukuran 200 meter persegi. 

Uniknya, di langit-langit ruang utama, demikian para pemandu gua menyebut ruangan ini, yang tingginya tak lebih dari 170 sentimeter kita bisa menyaksikan relief-relief unik saling menonjol.

Pada salah satu bagiannya terdapat bentuk mirip seperti penyu sedang merayapi langit-langit gua. 

Terdapat bentuk kepala, kerapas atau cangkang, dan kaki belakang. 

BACA JUGA:Berminat jadi PPS? Ini Tahapan dan Jadwal Lengkap Seleksinya

BACA JUGA: Doyan Belanja Online! 7 Langkah Ini Agar Kamu Aman, Terhindar Penipuan

Inilah fosil penyu, salah satu dari ribuan bentuk fosil mirip tumbuhan dan fauna bawah laut yang menjadi koleksi ruang utama ini dan membentang memenuhi sudut langit-langit gua.  

Saat gua ini diekplorasi secara ilmiah untuk pertama kali oleh Theodore Verhoven pada 1951 silam, arkeolog sekaligus misionaris berkebangsaan Belanda ini meyakini bagian gua tadi merupakan bagian dari ekosistem purba bawah laut termasuk di dalamnya adalah Pulau Flores serta pulau-pulau di Nusa Tenggara Timur. 

Ini terjadi ketika seluruh daratan Pulau Flores masih menjadi bagian dari laut purba dan kemudian sebagiannya terangkat menjadi daratan akibat pergeseran yang menyebabkan gempa tektonik besar di Lempeng Indo-Australia di bawah Busur Sunda-Banda yang terjadi 50 juta tahun silam. 

Demikian dikutip dalam laporan penelitian Riza Rahardiawan dan Catur Purwanto dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, mengenai struktur geologi Flores yang dilakukan pada 2014.

Kategori :