Tes "ombak" dikabarkan telah dilakukan dengan bukti, sulungnya juga tinggal dipastikan dalam pelantikan sebagai anggota DPRD Provinsi Bengkulu dari Partai Golkar.
Pengamat politik Universitas Ratu Samban, Ahmad Bastari, S.Sos, M.Si, menyampaikan, kemunculan poros politik di Pilkada BU sangat terbuka.
Banyak faktor yang memicunya, kata dosen yang akrab disapa AB itu. Pertama, mulai dari hasil kontestasi di level elit partai, saat ini sudah membentuk poros politik di tingkat pusat.
BACA JUGA:Usai Lebaran Bakal Ada Tersangka
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Memperkuat Sinergi dalam Bidang Pertambangan
Sejalan telah rampungnya tahapan penetapan calon presiden dan wakil presiden terpilih.
Faktor kedua, adalah konsorsium kekuatan politik dalam koalisi partai. Dinilainya, akan cukup memberikan warna dalam "seteru" Pilkada.
Fakta hasil kursi di tingkat daerah, lanjut dia, juga menjadi alasan menimbulkan dinamika baru. Seperti poros politik baru di Pilkada.
Tingkat kejenuhan publik pada figur-figur lawas, terus dia, juga menjadi salah satu hal penting yang patut diperhatikan kandidat yang ingin berkompetisi.
BACA JUGA:Soal Dana Rp30 Miliar, Giliran Kabag di Setdakab Mukomuko Bakal Diperiksa Jaksa
BACA JUGA:Ingat! Jangan Sembarangan, Ini 8 Golongan yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
Meski begitu, fenomena poros politik incumbent, terus dia, masih menjadi penyokong utama dalam gelanggang Pilkada.
"Satu hal lagi yang akan menjadi kekuatan serius di Pilkada adalah masa jabatan kepala daerah yang tidak berakhir 2024, tapi 2025, akan menjadi magnet baru kekuatan politik," ujarnya.
"Itu tidak bisa dipungkiri," tegasnya lagi.
Prediksi selanjutnya, lanjut AB, adalah praktik aksi borong partai masih sangat memungkinkan terjadi.
BACA JUGA:Air Baus I Laksanakan 3 Kegiatan Sekaligus. Ini Targetnya...