Karenanya, modus operandi dipakai mulai dari menggunakan identitas-identitas yang dinilai memiliki kewenangan sampai dengan elit pejabat-pejabat di tingkat daerah hingga pusat.
Selain itu, masih Kapolres, pelaku kejahatan semacam ini menginformasikan sesuatu hal yang membuat calon korbannya bingung, khawatir hingga takut.
"Semisal menginformasikan penangkapan dengan beragam modus seperti terkait narkotika hingga pidana lainnya," beber Kapolres soal modus operandi pelaku kejahatan siber.
BACA JUGA:Roadshow Safari Ramadhan, Masyarakat Pematang Sapang Sambut Hangat Wabup ASA
BACA JUGA:Kemilau Perhiasan Indonesia Mendunia
Untuk itu, Kapolres menegaskan, setiap menerima informasi dari orang yang tidak dikenal, agar tidak langsung dipercaya. Tapi melakukan klarifikasi atau pengecekan awal.
Selanjutnya, minta petunjuk atau nasihat dari orang-orang terdekat, agar tidak melakukan hal-hal yang keliru.
"Cermati setiap informasi, bijak menggunakan medsos," imbaunya memungkas.
Tidak hanya korps adhyaksa yang menjadi target pembajakan. Pernah terjadi juga korps bhayangkara tak luput dari aksi risak pelaku kejahatan siber.
BACA JUGA:Cegah Kerawanan Pangan, TNI Sinkronkan Data Sawah Tadah Hujan
BACA JUGA:Bupati Kawal Penyerahan Bansos dan Tinjau Operasi Pasar Murah Pemkab Bengkulu Utara
Saat itu Kapolres Bengkulu Utara gadungan juga minta duit kepada sejumlah pejabat di daerah.
Tapi cepat diantisipasi, sehingga tidak sampai muncul korban.
Rerata pejabat dan pengelola anggaran yang menjadi incaran pelaku. (*)