Inisiatif dua komunitas tersebut bersama warga Desa Ngadimulyo kemudian menata lahan rumpun bambu yang dulunya area pembuangan sampah menjadi pasar yang layak dan nyaman.
BACA JUGA: Mau Puasa Lancar! Ini 3 Jenis Makanan yang Sebaiknya Dihindari Saat Sahur
BACA JUGA: Industri Indonesia di Tengah Resesi Global
Mereka menata area tersebut dengan lapak, tempat duduk, juga area parkir ala Jawa tempo dulu.
Penataan ini sekaligus untuk menghidupkan wisata di desanya. Seluruh fasilitas pasar sebagian besar memakai bahan dari bambu.
Kini, setiap kali Pasar Papringan digelar, selalu dikunjungi ratusan orang yang tidak hanya datang dari daerah Temanggung saja.
Banyak wisatawan dari luar kota seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Magelang yang datang berkunjung.
Sebagaimana konsep gelaran pasar tempo dulu, pasar dibuka berdasarkan hari baik dalam penanggalan Jawa.
BACA JUGA: Bank Indonesia Jamin Utang Luar Negeri Aman dan Terkendali
BACA JUGA: Aristoteles, Penemu Ilmu Mantik, Guru dari Alexander Agung
Dalam hal ini, hitungan hari baik itu jatuh pada Minggu Wage dan Minggu Pon.
Sedangkan jam operasional Pasar Papringan Temanggung mulai dari pukul 6 pagi hingga 12 siang.
Pasar Papringan digelar dua kali dalam 35 hari (selapan pada kalender Jawa, lebih beberapa hari dari 1 bulan kalender Masehi).
Oleh karena itu, pastikan para pengunjung mengetahui jadwal hari pasar ini.
Terutama bagi masyarakat yang tinggal di luar kota. Jangan sampai sudah jauh-jauh datang, namun Pasar Papringan Temanggung tidak ada.
BACA JUGA:Pecat Dirut RSUD M. Yunus, Gubernur Bengkulu Berpotensi Digugat ke PHI