BACA JUGA:April 2024, Ini Pendapatan Yang Bakal Diperoleh ASN
Sesuai konsep pasar Jawa, alat pembayarannya pun menggunakan mata uang tempo dulu, pring. Semacam koin bambu. Pengunjung merasakan sensasi transaksi mata uang di pasar Jawa dahulu kala.
Mata uang ini terbuat khusus dari kayu bercap Pasar Papringan di satu sisi, dan sisi lainnya bertuliskan nilai mata uang. Satu pring bila dirupiahkan sama dengan Rp2.000.
Penukaran uang dilakukan di loket sebelum pintu masuk pasar. Nominal terkecil adalah Rp2.000, kemudian kelipatan Rp20.000 dan Rp50.000. Daftar harga pun menyesuaikan dengan alat pembayaran.
Contohnya, makanan berat senilai 2-6 pring. Harga termahal untuk produk kerajinan yang ada dibanderol sampai 15 pring.
BACA JUGA: Para Suami Harus Tau! Apakah Boleh Mencium Istri Saat Puasa? Begini Penjelasanya...
BACA JUGA: Dihantui Gelombang Ekstrem, Kapal MH Thamrin Berhasil Sandar di Dermaga Enggano
Lapak utama Pasar Papringan adalah penjual aneka makanan dan minuman khas Temanggung. Semisal gemblong, mendut, glanggem, jenang, srowol, kimpul kukus, lentheng, sego jagung, lontong mangut, dan kopi asli Temanggung.
Jajanan khas Jawa yang mulai jarang ditemui, bisa dinikmati dengan mudah di sini.
Selain itu ada juga kerajinan bambu (terutama produk souvenir), serta berbagai hasil pertanian penduduk desa, seperti pasar tradisional pada umumnya.
Seperti cabai, sayur mayur bahkan ada yang menjual wedus (kambing) dan kelinci.
Penyajian makanan juga unik dan sangat kental dengan adat Jawa.
BACA JUGA: Apakah Sikat Gigi Bisa Membatalkan Puasa? Ini Penjelasannya...
BACA JUGA:BLT Dana Desa TA 2024 Desa Perbo Cair, Setiap KPM Dapat Rp900 Ribu
Sama sekali tanpa menggunakan bahan plastik. Penjual kuliner khas Temanggung ini menggunakan keranjang anyaman pring, bathok kelapa, daun pisang, daun jati, piring rotan, dan kendil.
juga memasak dari bahan tanah liat seperti tungku dan kayu bakar.