RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Pasar Papringan ini memiliki konsep mengikuti pasar di Jawa zaman dahulu, seperti lokasi, mata uang, seragam penjual dengan kain lurik, bahkan tempat barang belanjaan.
Sekitar seratus meter dari Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, ada tempat wisata yang kini menjadi tujuan utama pelancong di Jawa Tengah.
Lahan kebun bambu seluas 2.500 meter dibuat menjadi Pasar Papringan.
Pasar Papringan Temanggung merupakan destinasi wisata baru yang seakan mengajak pengunjung kembali ke masa lampau masyarakat Jawa. Seperti kita memasuki mesin waktu.
BACA JUGA: Para Suami Harus Tau! Apakah Boleh Mencium Istri Saat Puasa? Begini Penjelasanya...
BACA JUGA: Dihantui Gelombang Ekstrem, Kapal MH Thamrin Berhasil Sandar di Dermaga Enggano
Kemenparekraf merekomendasikan pasar ini sebagai salah satu destinasi wisata pasar tradisional unik di tanah air, seperti halnya Pasar Terapung Banjarmasin; Pasar Bisu di Tanah Datar, Sumatera Barat; dan Pasar Kaget di Wamena, Papua.
Kawasan Pasar Papringan ini memiliki konsep mengikuti pasar di Jawa zaman dahulu, seperti lokasi, mata uang, seragam penjual dengan kain lurik, bahkan tempat barang belanjaan.
Konsep pasar ini juga dapat ditemui di Magelang dan Kediri, Jawa Timur.
Pasar Papringan Temanggung dibentuk dan dikelola pemuda Dusun Ngadiprono yang tergabung dalam Komunitas Mata Air, sebuah komunitas yang peduli akan upaya konservasi lingkungan.
BACA JUGA: Apakah Sikat Gigi Bisa Membatalkan Puasa? Ini Penjelasannya...
BACA JUGA:BLT Dana Desa TA 2024 Desa Perbo Cair, Setiap KPM Dapat Rp900 Ribu
Komunitas ini bekerja sama dengan Komunitas Spedagi. Lantas, upaya ini mendapat sambutan hangat dari pemerintah daerah setempat, yang kemudian membantu usaha konservasi rumpun bambu menjadi sebuah wisata desa.
Kata papringan sendiri berarti kebun bambu. Pasar Papringan merupakan pasar di kebun bambu.
Pada awalnya, Pasar Papringan Temanggung dirintis pada 2016 di Kandangan, namun gelaran tersebut hanya berlangsung sembilan kali dalam waktu satu tahun. Kemudian pada 2017 lokasi dipindahkan ke Ngadiprono.