Rumah ibadah ini pernah beberapa kali mengalami renovasi.
Di masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Du Bus de Gisugnies pada 1827 renovasi pertama dilakukan.
BACA JUGA: Bank Indonesia Jamin Utang Luar Negeri Aman dan Terkendali
BACA JUGA: Aristoteles, Penemu Ilmu Mantik, Guru dari Alexander Agung
Saat itu bangunan masjid yang terbuat dari kayu dibangun ulang menjadi bertembok bata dilengkapi kubah bawang atau model setengah lingkaran dengan semacam antena di atasnya.
Terdapat beberapa pilar beton besar penyangga bagian luar masjid bermodel art deco khas Eropa.
Ada sebuah menara kecil berujung bulat didirikan tepat di dekat pintu memasuki dalam masjid.
Belanda tetap mempertahankan pilar-pilar kayu yang berjumlah 12 buah di dalam bangunan lama serta lantai kayu ulin.
Tempat tinggal di mana terdapat makam Habib Husein yang berada di sisi depan masjid juga ikut dipertahankan.
BACA JUGA:Pecat Dirut RSUD M. Yunus, Gubernur Bengkulu Berpotensi Digugat ke PHI
BACA JUGA:April 2024, Ini Pendapatan Yang Bakal Diperoleh ASN
Sekeliling lahan masjid ikut dibangun tembok bata dilengkapi sebuah gapura kokoh besar setinggi sekira delapan meter.
Di dalam lahan masjid terdapat beberapa pohon besar termasuk pohon kelapa sebagai ciri khas daerah pesisir.
Setelah lebih dari seabad berdiri sebagai bangunan tembok beton, masjid kembali direnovasi total pada 6 September 1991, ketika Jakarta dipimpin oleh Gubernur Wiyogo Atmodarminto.
Saat itu bangunan lamanya mulai lapuk termakan usia. Wiyogo mengubah bentuk masjid menjadi berkubah limas khas langgar-langgar di Betawi berunsur kayu tahan api.
BACA JUGA:Tahun Ini, Pemprov Bengkulu Buka Seleksi 500 Formasi CPNS dan PPPK