
Sebagai negara dengan jumlah umat Islam terbanyak di dunia, MUI menyerukan umat Islam Indonesia harus memiliki metode berfikir, berinteraksi, berperilaku keagamaan (yang mencakup semua aspek kehidupan) yang berlandaskan atas dasar-dasar tawasuth (moderat), tawazun (seimbang) dan tasamuh (toleran).
"Membangun peradaban itu berbicara tentang merubah pola pikir, tindakan dan kebiasaan yang dampaknya dirasakan ratusan tahun ke depan," begitu disampaikan KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
BACA JUGA:Safari Ramadhan PTPN I Regional 7, Momentum Tingkatkan Kualitas dan Kinerja
BACA JUGA:Safari Ramadhan Bupati Arie Ke Desa Gunung Besar, Armajaya : Mari Makmurkan Masjid
Agenda tour dalam daerah yang digelar Rabu, 19 Maret 2025 itu, MUI juga turut menginformasikan faham-faham yang bertentangan dengan Nilai Pancasila. Meliputi :
- Hizbut Tahrir, Al-Qaeda, ISIS, Jihadi
- Salafi Wahabi Ikhwanumuslimin Syi'ah
- Jaringan Bokoharam, Jaringan Abu Sayyaf
- Ahmadiyah Khilafah Islamiyah
- Mujahidin Indonesia Timur atau MIT
BACA JUGA:Safari Ramadhan Bersama Wagub Bengkulu, Ketua DPRD Pastikan Dukung Percepatan Pembangunan Daerah
BACA JUGA:Fokus Infrastruktur, Ini Kesepakatan Bupati dan Wabup Terungkap Saat Safari Ramadhan
- Jama'ahanshortauhid (JAT) Khilafatul Muslimin
- Anshar Al-Syari'a Laskar Jihad Jama'ah Ansharusy Syari'ah (JAS) Jama'ah Tabligh
Menjumput materi yang dipaparkan MUI menjelaskan, karakter kelompok-kelompok diatas adalah bersifat tranasional, ideologi gerakan tidak lagi bertumpu pada konsep nation state, melainkan konsep umat.
Selain itu, didominasi oleh corak pemikiran skripturalis, fundamentalis atau radikal; secara parsial mengadaptasi gagasan dan instrumen moderen dan ada yang berorientasi politik ada juga yang apolitik.