RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Sampah segera menjadi pandemi sosial global. Bukan cuma model pengelolaannya yang masih tradisional kalau dipukul rata. Pola pikir masyarakat terhadap sampah saat ini, masih menjadi masalah.
Belajar saja ke Surabaya. Tepatnya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo. Dari sini, pengolahan sampah yang juga menjadi persoalan di Kota Surabaya dengan rerata memproduksi 1.600 ton sampah saban harinya ditekan menjadi 1.400 ton.
Pastinya TPA ini menjadi basis andalan di Kota Pahlawan ini, khususnya di sektor pengolahan sampah. Saat ini, TPA Benowo, mampu mengolah 1.000 ton sampah per harinya kemudian diolah menjadi sumber energi listrik dengan teknologi gasifikasi dan fermentasi gas.
Langkah konkret di sektor inovasi oleh Pemkot Surabaya ini, sudah diakui kualitasnya oleh pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai model pengelolaan sampah berkelanjutan.
BACA JUGA:POC Limbah dan Sampah RT Ditargetkan Dukung Pertanian Berkelanjutan
BACA JUGA:Sering Dianggap Sampah, Ternyata Ini Manfaat Kesehatan dari Kepala Ikan Salmon
Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Maman Suherman, SSTP, MM tak menampik persoalan utama dalam manajemen makro sampah adalah konsep berpikir di masyarakat tentang sampah yang masih belum seragam.
"Padahal, sumber utama sampah salah satu basisnya adalah rumah tangga. Maka, penyamaan persepsi tentang sampah ini harus diawali dengan kesadaran personal. Dimulai dari kita," ujar Maman yang masuk tiga besar dalam lelang Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Pratama di Pemda Bengkulu Utara ini.
Terapa teknologi dalam pengelolaan sampah, kata dia, memang menjadi sebuah opsi yang harus dipilih dan dilakukan masa mendatang.
Dengan beragama aktivitas sosial masyarakat saat ini, beragam jenis sampah bermunculan dan tidak menutup kemungkinan menjadi pagebluk sosial.
BACA JUGA:Cegah Pencemaran Lingkungan Dampak Pembuangan Sampah, DLH Lakukan Ini...
BACA JUGA:Buang Sampah Sembarangan Bisa Kena Denda?
Keberadaan praktik buang sampah sembarang, terus dia, menjadi cerminan bagaimana karakter masyarakat menyikapi sampahnya sendiri, masih dengan perilaku rendah yakni dengan membuang sampah tidak pada tempatnya. Bisa di jalanan, bahu jalan sungai, bahkan akses irigasi, memanfaatkan kondisinya yang menyemak di selimuti tumbuhan liar.
"Keseragaman konsep berpikir soal sampah ini masih menjadi persoalan utama," ungkapnya.
Padahal ketika kesamaan persepsi tentang pentingnya pengendalian sampah untuk keseimbangan alam, pengelolaan sampah justru memiliki potensi ekonomi.