RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Harga Gabah Kering Giling (GKG) masih belum berdampak positif bagi para petani sawah di Provinsi Bengkulu, termasuk di Bengkulu Utara.
Rata-rata harga gabah di Kabupaten Bengkulu Utara ini seharga Rp 6000 perkilogram, belum cukup untuk menopang kebutuhan hidup keluarga para petani.
Secara gamblang persoalan itu diungkapkan para petani yang ada di Kelurahan Kemumu, Kecamatan Armajaya saat dibincangi RU pada hari Kamis, 26 Desember 2024.
"Kalau dikalkulasi dari modal, kemudian memperhitungkan waktu panen, hasilnya yang didapatkan masih jauh dari kata untung,"ujar Adi dan Tolib.
BACA JUGA:Perlu Skenario Kompetisi Harga Gabah Petani
BACA JUGA: Masuki Masa Panen Raya, Harga Gabah Kering Panen Mulai Stabil
Dirinya mengungkapkan bahwa, meskipun telah ada subsidi pupuk yang telah diberikan dari pemerintah, namun kodisi itu tidak begitu merubah kondisi perekonomian para petani padi ini.
Dibeberkannya, bahwa dalam 1/4 hektar sawah, modal yang dikeluarkan dari mulai persiapan lahan, seperti upah membajak, upah tanam, uang membeli pupuk mencapai Rp 2 juta.
Sedangkan hasil panennya maksimalnya hanya sekitar 1 ton gabah. Jika dijual dengan harga Rp 6000 perkilogram, maka para petani hanya bisa meraih hasil kotor Rp 6 juta.
Dipotong modal dan operasional lainnya, tersisa Rp 4 juta dalam sekali panen 1/4 hektar sawah. Artinya setiap bulan para petani hanya mendapatkan hasil Rp 1 juta.
BACA JUGA: Musim Kemarau, Harga Gabah Naik Tapi Panen Merosot
BACA JUGA:Harga Gabah Rp6.600/Kg di Mukomuko
Belum lagi, keuntungan itu kembali digunakan untuk modal pada musim tanam selanjutnya. Maka menurutnya, harga Rp 6000 itu belum berpihak kepada para petani padi.
Menyikapi hal itu, para petani padi di Kelurahan Kemumu ini juga sembari bekerja yang lain untuk mememuhi kebutuhan kelaurga mereka.
Ada yang kerja bangunan, berdagang, bahkan buruh harian lepas di perkebunan masyarakat.