RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Arak-arakan ogoh-ogoh, layak menjadi festival di daerah. Salah satu kearifan lokal yang ada di Kabupaten Bengkulu Utara ini, lazim menjadi wisata kebudayan bulan Maret saban tahunannya.
Pengamat Kebudayaan, N Rarasmoro, menilai momen diaraknya ogoh-ogoh, selain menjadi simbolik penting bagi umat Hindu. Juga menjadi bagian penting bagi masyarakat, sebagai warisan budaya yang juga dinikmati semua kalangan.
"Dan keharmonisan ini sangat terjaga di Bengkulu Utara. Maka tidak salah, ketika pusat menetapkan Rama Agung sebagai desa moderasi sehingga kabupaten pun layak dipandang miniaturnya Indonesia," ungkapnya.
Sebagai bangsa yang besar dan mampu menjaga keberagaman dalam kebersamaan, lanjut dia, pemerintah memiliki tanggung jawab moril dalam mendukung pelestarian budaya yang ada.
BACA JUGA:Di Balik Pesona Festival Gandrung Sewu Banyuwangi: Menyimpan Sejuta Filosofi
BACA JUGA:Waw! Ribuan Masyarakat Banjiri Jalan Protokol Kota Arga Makmur Untuk Ikut Pawai Perjuangan
"Dan inilah nusantara. Kita harus bangga. Ada patung keberagaman yang menjadi prasasti. Aktivitas sosial keagamaan semacam ini harus dijaga bersama dipupuk sebagai pemersatu," ujarnya menyeru.
Maret mendatang Umat Hindu, bakal melakoni Catur Brata Penyepian. Waktu tersebut, sebagaimana ditegas dalam Tahun Saka, yakni penanggalan yang dihitung menurut posisi matahari dan bulan dengan penamaan periode bulannya disebut dengan sasih atau candra.
Pada 2023 lalu, Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 22 Maret, merupakan 1 Kedasa Tahun 1945 Saka. Perayaan Nyepi sendiri, turut menjadi agenda daerah-nasional. Salah satunya, masyarakat dapat menyaksikan salah satu rangkaian yakni Ogoh-Ogoh.
Sosok dengan bentuk mengerikan yang nantinya akan diarak-arak keliling banjar atau desa adat, merupakan perlambang angkara murka atau keburukan duniawi yang harus dimusnahkan (prelina), sebelum kemudian melakoni Nyepi.
BACA JUGA:Kemeriahan HUT RI KE-79, Pemerintah Kecamatan TAP Gelar Pawai Karnaval
BACA JUGA:Pawai Obor Digagas Pemkab BU dalam Menyambut Tahun Baru, 1 Muharam 1446 Hijriah
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Cabang Bengkulu Utara (BU), Made Astawa, menyampaikan jelang ogoh-ogoh atau satu hari sebelum Nyepi, masyarakat Hindu mempersiapkan serangkaian prosesi menuju puncak ritual yakni Nyepi.
"Biasanya sekitar pukul 10.00 WIB pagi, kami melaksanakan arak-arakan melasti. Bentuk kegiatannya, dengan perlengkapan membawa alat-alat upacara dari Rama Agung ke tempat pengambilan air suci," ujar Made Astawa.
Pagebluk Covid-19 melanda, memberikan dampak tersendiri kata Made, dalam kegiatan keagamaan kala itu. Sejelan dengan dicabutnya pandemi, pawai ogoh-ogoh tetap dilaksanakan serentak di masing-masing desa adat/banjar.