Negara ini telah mengintegrasikan teknologi canggih dalam proses produksi, mulai dari otomatisasi pabrik hingga penggunaan kecerdasan buatan untuk meramalkan tren mode.
Banyak perusahaan fast fashion di China yang menggunakan big data dan analitik untuk memahami selera konsumen, memungkinkan mereka untuk menciptakan koleksi yang lebih cepat dan lebih relevan dengan keinginan pasar.
BACA JUGA:Kemenperin Dorong Hilirisasi, Industri Pipa Seamless Indonesia Siap Bersaing di Pasar Global
BACA JUGA:Industri Kuliner Jadi Salah Satu Peluang Besar dalam Memulai Bisnis
Selain itu, China menjadi pusat riset dan pengembangan untuk inovasi dalam bahan tekstil dan desain.
Merek-merek besar yang beroperasi di China sering kali bekerja sama dengan produsen lokal untuk menciptakan produk yang lebih tahan lama, ramah lingkungan, dan lebih terjangkau, menjadikan negara ini sebagai hub inovasi dalam industri fashion global.
Namun, dominasi China dalam industri fast fashion juga tidak terlepas dari berbagai kontroversi dan tantangan.
Salah satu isu utama adalah dampak lingkungan dari produksi massal yang terjadi di negara ini.
Proses pembuatan pakaian dalam jumlah besar sangat bergantung pada bahan kimia, air, dan energi, yang sering kali berujung pada pencemaran lingkungan.
BACA JUGA:Industri Pulp dan Kertas Indonesia Didorong Capai Target Emisi Nol pada 2050
BACA JUGA:Transformasi Digital dan Teknologi Merupakan Kunci bagi Kemajuan Industri Halal
Selain itu, siklus cepat dari tren fashion yang didorong oleh produksi massal menyebabkan limbah tekstil yang besar, yang sebagian besar berakhir di tempat pembuangan sampah.
Di sisi sosial, ada juga kekhawatiran tentang kondisi kerja di pabrik-pabrik tekstil China, dengan laporan tentang upah rendah, jam kerja panjang, dan lingkungan kerja yang kurang aman bagi para pekerja.
Meskipun ada upaya untuk meningkatkan standar ini, masalah ini tetap menjadi sorotan bagi banyak aktivis sosial.
Selain mendominasi produksi global, China juga telah mengubah lanskap pasar fashion domestik.
BACA JUGA:Kemenperin Dorong Pengembangan Industri Mamin melalui Kebijakan Restrukturisasi