BACA JUGA:4 Pilar Penting Ekonomi Mikro yang Harus Kamu Ketahui
BACA JUGA:Dari Limbah Menjadi Laba: Inovasi Ekonomi Hijau di Indonesia
Upaya Pemerintah
Pemerintah menyadari pentingnya mengakselerasi pertumbuhan pada kuartal IV-2024. Oleh karena itu, telah disiapkan beberapa kebijakan strategis dengan sejumlah pemanis.
Pertama, pemerintah berupaya mempertahankan daya beli dengan memperpanjang insentif fiskal, termasuk PPN DTP dan PPnBM DTP untuk sektor properti dan otomotif, serta peningkatan kuota program FLPP untuk sektor perumahan.
Kedua, pemerintah memperkuat hilirisasi sumber daya alam untuk meningkatkan nilai tambah pada 26 komoditas unggulan. Selain itu, langkah-langkah untuk mendorong daya saing ekonomi nasional dilakukan melalui percepatan proyek strategis nasional, pengembangan kawasan industri, dan insentif pajak seperti tax holiday, yang kini berlaku lewat Peraturan Menteri Keuangan nomor 69 tahun 2024.
BACA JUGA:Ketimpangan Ekonomi Terus Membara di Indonesia, Apakah Ada Solusi untuk Mengatasinya?
BACA JUGA:Mengulik Faktor Penyebab Deflasi dan Memahami Dinamika Ekonomi Saat Ini
Diharapkan, hal itu mampu mendukung sektor manufaktur, yang saat ini berada dalam fase kontraksi akibat lemahnya permintaan domestik dan ketidakpastian pasar global. Berkaitan dengan kinerja triwulan III, Bank Indonesia (BI) menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga berkat stabilitas permintaan domestik.
Konsumsi rumah tangga, yang tumbuh sebesar 4,91 persen, dipengaruhi oleh daya beli yang terjaga dan mobilitas masyarakat yang terus meningkat. Sementara itu, investasi dalam pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara turut memberikan kontribusi penting bagi pertumbuhan.
BI memperkirakan ekonomi Indonesia dapat tumbuh dalam rentang 4,7--5,5 persen hingga akhir tahun, dengan konsumsi pemerintah yang tumbuh 4,62 persen dan ekspor yang meningkat 9,09 persen (yoy). Kontribusi dari ekspor jasa turut meningkat, didorong oleh lonjakan kunjungan wisatawan asing.
Meski ada beberapa indikator positif, kontraksi PMI Manufaktur yang berlarut-larut menuntut perhatian khusus. Dalam empat bulan terakhir, manufaktur Indonesia belum mampu keluar dari tekanan. Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menekankan bahwa ekonomi Indonesia tumbuh secara kumulatif sebesar 5,03 persen dari Januari hingga September 2024, meski sektor manufaktur masih berada dalam fase koreksi.
BACA JUGA:Peran Ekonomi Kreatif dalam Mendorong Inovasi dan Lapangan Kerja
BACA JUGA:Social Media Ads Bisa Jadi Peluang Baru Bagi Pertumbuhan Ekonomi UMKM
Dalam konteks ini, imbauan Kementerian Perindustrian agar seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam memulihkan sektor manufaktur, yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional, tentu patut diapresiasi dan didukung. Untuk jangka panjang, rencana pemerintah melakukan reformasi struktural yang melibatkan efisiensi rantai pasok, pengurangan biaya produksi, dan pemberian insentif pajak guna mendorong investasi di sektor padat karya dan manufaktur berteknologi tinggi juga patut dihargai.
Dari gambaran di atas, patut disyukuri ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan untuk tetap mempertahankan pertumbuhan ekonominya. Dengan dukungan kebijakan pemerintah yang tepat dan langkah-langkah strategis dari sektor publik serta swasta, ada optimisme bahwa ekonomi Indonesia dapat terus bertumbuh hingga akhir tahun. (**)