BENGKULU.RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Dikbud dan Ristek) Republik Indonesia (RI), terus mendorong inovasi dalam dunia pendidikan melalui pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.
Salah satu proyek inovatif yang saat ini tengah dikembangkan yakni media pembelajaran berbasis Augmented Reality (AR) 3D, yang memanfaatkan platform Quizizz.
Ketua Tim Peneliti dari Universitas Dehasen (UNIVED), Dr. Mesterjon bersama anggotanya, Dr. Suwarni, S.Kom, MM dan Khairil, M.Kom menyampaikan, pihaknya telah melakukan uji validasi prototipe di SMKN 3 Kota Bengkulu.
"Prototipe ini menggabungkan Quizizz, yang telah populer di kalangan guru dan siswa, dengan teknologi AR 3D untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih interaktif dan imersif," ungkap Mesterjon.
BACA JUGA:Program Merdeka Belajar Tepat Untuk Ekosistem Pendidikan
BACA JUGA:Merdeka Belajar, Program Strategis Ciptakan Generasi Unggul
Menurut Mesterjon, melalui pendekatan ini, ditargetkan minat serta pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dapat terus mengalami peningkatan.
“Secara teknologi AR memungkinkan konsep abstrak divisualisasikan secara real-time. Ketika diuji di SMKN 3 Kota Bengkulu, siswa tidak hanya belajar, tetapi juga mendapatkan pengalaman yang lebih visual dan interaktif,” kata Mesterjon.
Mesterjon menjelaskan, dalam uji validasi, siswa jurusan Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) SMKN 3 Kota Bengkulu dijadikan peserta.
"Mereka kita ajak untuk menggunakan aplikasi ini dalam memahami materi pengenalan perangkat keras komputer. Dalam praktiknya, media berbasis AR 3D membantu memperjelas konsep yang kompleks dan memperkaya pengalaman belajar," terangnya.
BACA JUGA:Digitalisasi Pendidikan Percepat Capaian Merdeka Belajar
BACA JUGA:Bulan Merdeka Belajar, Ini Pesan Gubernur Rohidin
Disisi lain, Mesterjon menjelaskan, selain untuk siswa SMK, media pembelajaran ini juga dapat digunakan siswa SMP dan SMA, guru, serta orang tua yang ingin mendukung pembelajaran di rumah.
"Dengan Quizizz AR 3D, siswa bisa merasakan pembelajaran yang menyerupai permainan gim, tetapi tetap mempertahankan esensi edukasi," papar Mesterjon.
Selain itu, sambung Mesterjon, teknologi ini juga memungkinkan para guru untuk menyampaikan materi dengan cara yang lebih menarik.