Fenomena Ular Berkepala Dua di Tengah Erupsi Gunung Lewotobi: Antara Mitos dan Realita

Fenomena Ular Berkepala Dua di Tengah Erupsi Gunung Lewotobi: Antara Mitos dan Realita-jateng.tribunnews.com-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Di awal tahun 2024, masyarakat Flores Timur, Nusa Tenggara Timur dikejutkan dengan kemunculan ular yang dianggap berkepala dua di tengah situasi erupsi Gunung Lewotobi. 

Fenomena ini terjadi di dua lokasi berbeda, yaitu Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang dan Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura, yang memicu berbagai interpretasi mistis di kalangan masyarakat setempat.

Penemuan pertama terjadi di depan rumah warga Desa Boru, sementara penemuan kedua berlangsung di kediaman pasangan Dion Leba dan Ency Temu di Desa Dulipali. 

Ency Temu, yang menemukan ular tersebut di tungku dapurnya, menggambarkan reptil tersebut memiliki corak unik dengan kombinasi warna hitam-putih di bagian atas dan cokelat keabu-abuan di bagian bawah. 

BACA JUGA:Ternyata Bukan Sekedar Mitos Belaka ! Kenali Berbagai Bahaya, Jika Langsung Tidur Sehabis Makan

BACA JUGA:3 Mitos Daun Kelor yang Sering Dikaitkan dengan Hal Mistis

Kehadiran ular ini menimbulkan kecemasan tersendiri mengingat kondisi Gunung Lewotobi Laki-Laki yang sedang erupsi.

Dion Leba, suami Ency, mengungkapkan bahwa ia pernah melihat ular serupa beberapa tahun lalu saat berburu di kawasan Gunung Lewotobi Laki-Laki. 

Menurut pengamatannya, ular tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda berbahaya seperti ular berbisa pada umumnya. 

Setelah ditemukan, ular tersebut akhirnya dipindahkan ke area hutan di dekat rumah mereka.

BACA JUGA:Legenda Gunung Raung dan Misteri Jalur Setan: Mitos dari BanyuwangiBACA JUGA:Mitos Bunga Melati: Pesona Spiritual dan Makna Budaya

Aspek mistis dari penemuan ini diungkapkan oleh Yonas Temu, ayah Ency, yang menjelaskan bahwa ular tersebut dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan "Kenato" yang berarti berkepala dua. 

Dalam kepercayaan lokal, ular ini diyakini memiliki hubungan dengan 'Nitun' atau makhluk gaib, dan tubuhnya dipercaya digunakan sebagai ikat pinggang makhluk halus.

 Kepercayaan ini begitu kuat hingga warga tidak berani membunuhnya, karena takut akan konsekuensi buruk yang mungkin menimpa tidak hanya si pembunuh tetapi juga seluruh warga kampung.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan