Komitmen Membangun Ekosistem AI di Indonesia untuk 2030, Potensi dan Tantangan
Perangkat Starlink Flat High Performance Kit di sejumlah titik di Ibu Kota Nusantara, Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Pemasangan perangkat Starlink yang disediakan oleh Tony Blair Institute for Global Change (TBI) ini menandai momen pentin- ANTARA FOTO/OIKN TBI-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia merupakan pasar yang sangat besar untuk industri teknologi, termasuk kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Menurut laporan Datareportal 2023, Indonesia memiliki 212 juta pengguna internet dengan tingkat penetrasi mencapai 77%, 167 juta pengguna media sosial, dan 353 juta sambungan seluler aktif.
Data ini menunjukkan adanya potensi signifikan untuk adopsi teknologi baru, termasuk AI. Dari segi ekonomi, penggunaan AI di Indonesia diperkirakan akan memberikan kontribusi sekitar 12 persen terhadap pertumbuhan PDB nasional, yang setara dengan USD366 miliar pada tahun 2030.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Indonesia menempati peringkat keenam di dunia dengan jumlah startup terbanyak, yaitu 2.646 startup, termasuk 15 unicorn dan 2 decacorn. Ini mencerminkan kesiapan Indonesia untuk menjadi pemain utama dalam era AI.
BACA JUGA:Penggunaan Artificial Intelligence Dapat Meningkatkan Kinerja Logistik
BACA JUGA:Komitmen Pemerintah Indonesia Memacu Ekonomi Daerah lewat Penguasaan Teknologi
Secara global, adopsi AI di sektor industri telah mencapai 56 persen, dengan generative AI diperkirakan dapat menyumbang hingga USD4,4 triliun per tahun bagi ekonomi global.
Namun, berdasarkan Global AI Index 2023, Indonesia masih berada di peringkat ke-46 dari 62 negara, yang menunjukkan perlunya peningkatan infrastruktur digital untuk menghadapi tantangan dalam pengembangan AI.
Tantangan Infrastruktur Digita
Salah satu tantangan utama dalam pengembangan AI di Indonesia adalah ketidakmerataan jaringan internet, terutama di luar Pulau Jawa. Kecepatan rata-rata broadband di Indonesia masih terbilang rendah, dengan fixed broadband mencapai 28,8 Mbps (peringkat ke-8 di ASEAN) dan mobile broadband mencapai 24,6 Mbps (peringkat ke-9 di ASEAN).
BACA JUGA:World Water Forum ke-10, Peluang Indonesia Belajar Peran Teknologi Atasi Perubahan Iklim
BACA JUGA:Perusahaan Media Ditantang Adopsi Perkembangan Teknologi
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah membangun jaringan fiber optik Palapa Ring sepanjang 12.100 km yang menghubungkan 57 kabupaten/kota di Indonesia, menambah base transceiver station (BTS) di 1.600 titik, serta meluncurkan satelit multifungsi Satria-1.