Setelah Hujan Selepas Perpisahan

ILUSTRASI-Radar Utara/Redaksi-

Sial. Rhien membatin. Ingin kesal, tetapi ingin tertawa juga. Sudah mulai mengolok-olok bentuk tubuh teryata. Rhien membalas. Lalu cubitan gemas di pinggang Ron membuat motor sedikit bergoyang.

Hampir oleng. Sebuah sedan mengilat warna hitam berjalan cepat di belakangnya. Kehilangan kendali. Ron hampir roboh. Dan jika kamu menginginkan mereka berdua tertabrak, duh itu cerita sinetron sekali.

BACA JUGA:Rp2 Miliar Dana BTT Mukomuko Masih Utuh

BACA JUGA:Puluhan Anak Menikah di Bawah Umur

Tolong lah. Jangan mendoakan jelek ke orang lain, nanti doa jelek itu bisa kembali ke kita. Toh, Rhien selamat sampai di rumah walaupun Ron dimaki-maki pengendara mobil sedan itu.

Entah kenapa Rhien seolah tak ada rasa sama sekali dengan Ron. Walau bagaimanapun, ia sering membantunya dalam segala hal. Namun, dari hal yang paling penting untuk ia pikirkan adalah keberadaan surat kaleng itu.

Rhien sudah punya 20 buah amplop yang berisi pesan untuknya. Entah dari siapa dan dari mana.

Rhien, kamu tahu hal apa yang bisa membuatmu kecewa walau kau tak pernah melihat hal yang mengecewakanmu itu? Jika saja ia tampak, kau tentu bisa memarahinya dan menanyakannya.

BACA JUGA:Menyalakan Semangat Berdikari Energi

BACA JUGA:Berobat Pakai BPJS, Pelayanan Kesehatan Harusnya Makin Mudah

Namun, ia juga bisa membuatmu bahagia di masa datang jika kau memperlakukannya dengan baik. Ia ada dan tak pernah marah walau kadang kau perlakukan biasa saja dan kau anggap semua berjalan sebagaimana semestinya.

Ia adalah waktu yang sering kauanggap tak ada dan semua memang harus berjalan seperti itu. Padahal setiap detik yang berlalu begitu berarti bagi orang yang mau berubah dan ingin berbenah diri.

Kau tahu benda apa yang paling berat di dunia ini? Batu? Besi? Gunung? Kamu salah. Benda terberat di semesta hanyalah penyesalan.

Rhien meletakkan isi surat dalam amplop nomor 20 di atas meja kamarnya. Itu surat yang ia terima tiga hari lalu saat ia masih bekerja di kafe, di siang hari. Sekali lagi, ia tak tahu itu dari mana dan dari siapa. Ia merebah. Belum mandi. Matanya membulat. Menatap langit-langit kamar dalam hampa.

BACA JUGA:Menjaga Kelestarian Air Ala Kearifan Lokal Kendal

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan