Dendam Kembang Api
ILUSTRASI-alunansimfoni.wordpress.com-
Sorot matanya tajam seperti mata harimau memperhatikan percikan bunga api di udara dan orang yang sedang menembakkan kembang api itu. Dari sorot mata Badri tampak bahwa dendamnya tidaklah main-main.
Dia yakin jika dendamnya dilampiaskan, seluruh kota tempatnya tinggal akan gempar, karena berita di surat kabar daerah maupun media sosial akan menayangkan kabar yang mengerikan.
Dendam Badri kepada kembang api diawali dari kejadian setahun yang lalu, yang menjadi musibah dan sejarah besar dalam hidupnya. Kejadian itu juga terjadi pada malam pergantian tahun.
BACA JUGA:Penyusunan Peraturan Desa Air Muring, Tim Kemenkumham Bengkulu Bakal Turun Gunung
BACA JUGA: Penanganan Darurat, Warga 3 Desa Gotong Royong Perbaiki Jalan Berlumpur
Saat itu Badri baru pulang bekerja sebagai seorang Satpam di sebuah pabrik korek api gas milik sebuah perusahaan swasta.
Saat Badri memasuki pekarangan rumahnya yang dikelilingi oleh sejenis tanaman yang biasa digunakan untuk pagar, api sudah berkobar-kobar melahap dinding rumahnya yang sebagian terbuat dari kayu.
Suara berderak yang ditimbulkan oleh patahnya kayu rangka atap yang dilalap api memilukan hati Badri. Dinginnya udara malam di sekitar rumah Badri berganti dengan panasnya uap api yang berkobar.
Dengan gegas Badri menerobos kerumunan orang-orang yang memenuhi halaman rumahnya.
BACA JUGA:Waspadai Penyakit Frambusia dan Filariasis
BACA JUGA: Air PDAM Mukomuko Sementara Berhenti Muncrat
Sebagian tetangga terdekat ada juga yang mencoba membantu memadamkan api, namun sia-sia karena jumlah air yang mereka gunakan tidak seimbang dengan besarnya si jago merah.
Pak RT sudah menghubungi Dinas Kebakaran Kota, tapi api lebih dahulu melahap rumah Badri ketimbang petugas Damkar melenyapkan api. Namun di antara orang-orang itu lebih banyak jadi penonton ketimbang penolong.
“Ibuuuu…! Ibuuuu…!Ibuuuu…!” Badri memanggil-manggil ibunya dengan histeris sambil berusaha menyiram api yang sudah besar dengan seember air yang dia ambil dari sumur di samping rumah.
Tapi usahanya sia-sia belaka karena seember air tidak ada artinya bagi kobaran api yang sudah begitu besar.