Aksi Nyata Ketahanan Air di Indonesia
Daerah aliran sungai Citarum yang membentang di Kabupaten Bandung. Gerakan bersihnya jadi aksi nyata program bersih-bersih Citarum itu pula yang akan dibawa delegasi RI sebagai showcase dalam kegiatan World Water Forum (WWF) yang digelar di Bali pada 18----
Hasilnya pun telah terasa. Pada 2023, Sungai Citarum berhasil meraih indeks 51 poin. Kendati belum sampai pada batas aman baku mutu air, upaya itu mampu menjauhkan stigma Citarum dari “the world dirtiest river”.
Aksi nyata program bersih-bersih Citarum itu pula yang akan dibawa delegasi RI sebagai showcase dalam kegiatan World Water Forum (WWF) yang digelar di Bali pada 18--24 Mei 2024.
BACA JUGA:Berikut 5 Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan Agar Tidak Sia-sia
BACA JUGA:SUNY Perusahaan Tiongkok di Proyek Abisius Neom di Arab Saudi
Sebagaimana dikutip GPR News, Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marinves) Nani Hendiarti dalam diksusi yang digelar FMB9, berkata.
"Kita mengangkat contoh perbaikan untuk kualitas air sungai Citarum yang sudah ada programnya sejak 2018, dulu dikenal dirty sungai, sekarang sudah berubah, dengan upaya melibatkan banyak stakeholder."
Tidak hanya bersih-bersih Citarum, delegasi Indonesia juga akan menunjukkan pengairan Subak di Bali. Persisnya tentang pengairan sawah di Jatiluwih, Bali. Irigrasi tradisional yang sudah masuk sebagai masuk world heritage.
Kemudian ada juga isu sampah laut yang menjadi komitmen RI dalam menjaga perairan. Pemerintah berkomitmen untuk mengurangi 70 persen sampah plastik laut pada 2025.
BACA JUGA: Kapolri Beri Delapan Arahan pada Rapim Polri 2024
BACA JUGA: Ini Kumpulan Negara Pengekspor Senjata Terbesar di Dunia, Indonesia Termasuk?
Beragam upaya dilakukan seperti pembangunan pembangkit listrik berbahan baku sampah yang mengonversi 1.000 ton sampah per hari menjadi 10 megawatt listrik.
Di tataran global, merujuk paparan Nani, di tataran global, Indonesia sudah dikenal sebagai negara yang mempunyai komitmen dan konsisten menjalankan kesepakatan.
Langkah dan aksi nyata ini penting agar pertemuan-pertemuan internasional tidak hanya sekadar seremoni. Demikian juga WWF yang diharapkan akan menghasilkan langkah konkret dalam menjawab masalah ketahanan air.
"Internasional sudah recognize Indonesia, selain punya komitmen juga konsisten dalam melaksanakannya, tidak banyak negara yang seperti itu," ujarnya.
BACA JUGA: Sampah Produk AMDK Penyumbang Terbesar Pencemaran di Indonesia