Iklan doni 2

Kerbau di Mukomuko Hampir Kolaps, Penyakit Ngorok Jadi Ancaman Serius

Gara-gara penyakit ngorok,keberadaan kerbau di Mukomuko nyaris punah-Radar Utara/Wahyudi-

MUKOMUKO, RADARUTARA.BACAKORAN.CO – Keberadaan hewan ternak kerbau yang selama ini menjadi kebanggaan sekaligus penopang perekonomian masyarakat di Kabupaten Mukomuko nyaris kolaps akibat serangan penyakit Septicaemia Epizootica (SE) atau yang kerap disebut penyakit ngorok.

Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko mengingatkan, wabah mematikan ini sempat mengguncang daerah pada tahun 2018 silam, dan kini bayang-bayang ancaman yang sama kembali menghantui pada tahun 2025.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Fitriyani Ilyas, S.Pt, menyampaikan bahwa pada puncak serangan penyakit SE, sekitar 80 persen populasi kerbau atau sekitar 800 ekor dinyatakan mati mendadak. Kondisi terparah terjadi di wilayah Kecamatan Teramang Jaya, Selagan Raya, dan Kota Mukomuko.

Hewan yang dikenal tangguh dan menjadi sahabat petani di sawah itu berguguran dalam waktu singkat, meninggalkan duka mendalam bagi para peternak.

BACA JUGA:Penyakit Ngorok Berhasil Dikendalikan, Peternak Diminta Tetap Waspada

BACA JUGA:PMK, Ngorok dan Jembrana Jadi Ancaman Serius, Desa Diminta Waspada

“Kerbau hampir punah di Mukomuko waktu itu. Kalau tidak segera kita tangani, bisa habis semuanya. Beruntung upaya cepat dilakukan, sehingga sekitar 20 persen sisanya masih bisa tertolong dan selamat,” ujar Fitriyani.

Penyakit SE sendiri merupakan salah satu penyakit hewan menular yang sangat berbahaya. Menyerang saluran pernapasan, penyakit ini membuat kerbau sulit bernapas hingga akhirnya mati mendadak.

Bagi masyarakat yang menggantungkan hidup pada kerbau sebagai tenaga membajak sawah, sekaligus sebagai tabungan hidup, serangan ini menjadi pukulan telak.

Warga yang kehilangan ternak pun kala itu menghadapi kerugian besar. Tidak hanya kehilangan sumber tenaga kerja untuk lahan pertanian, tetapi juga kehilangan aset berharga yang selama ini menjadi sandaran ekonomi keluarga.

Fitriyani menegaskan, pengalaman pahit di tahun 2018 menjadi pelajaran penting yang kini harus diingat bersama. Ancaman serupa sempat muncul lagi di tahun 2025, namun berkat kewaspadaan dan gerak cepat petugas lapangan, penyakit tersebut berhasil dikendalikan lebih dini.

BACA JUGA:Wabah Ngorok Merugikan, FKKD MSS Dorong Pemerintah Jamin Ketersediaan Vaksin

BACA JUGA:Kasus Penyakit Ngorok Sapi dan Kerbau di Marga Sakti Sebelat Mulai Terkendali

“Kami langsung melakukan penanganan darurat, termasuk vaksinasi massal dan penyemprotan disinfektan. Alhamdulillah kali ini tidak sampai menimbulkan kerugian sebesar sebelumnya,” tambahnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan