66 Warga Mukomuko Positif DBD, Pola Hidup dan Lingkungan Jadi Pemicu

Kepala Dinas Kesehatan Mukomuko, didampingi Sekretaris dan Kasi Pencegahan Penyakit Menular-Radar Utara/ Wahyudi-

MUKOMUKO, RADARUTARA.BACAKORAN.CO — Hingga pertengahan tahun 2025, sebanyak 66 warga Kabupaten Mukomuko dinyatakan positif terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti ini kembali menjadi ancaman serius di tengah masyarakat, terutama karena faktor lingkungan dan pola hidup yang belum sepenuhnya sehat.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Bustam Bustomo, SKM, melalui Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Ruli Herlindo, SKM, mengungkapkan bahwa temuan kasus DBD tersebut tercatat sejak Januari hingga Juli 2025. Dari data yang dirangkum Dinas Kesehatan, terdapat fluktuasi jumlah penderita tiap bulannya.

"Jumlah kasus DBD di Mukomuko sejak awal tahun hingga Juli mencapai 66 kasus. Rinciannya, Januari sebanyak 15 kasus, Februari 7 kasus, Maret 10 kasus, April dan Mei masing-masing 14 kasus, Juni 5 kasus, dan terakhir di bulan Juli ini hanya satu kasus," terang Ruli Herlindo.

Ruli menjelaskan bahwa pola peningkatan dan penurunan kasus ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perubahan cuaca, musim hujan yang menyebabkan banyaknya genangan air sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk, serta tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kebersihan lingkungan yang masih rendah.

BACA JUGA:Didominasi Anak-anak, Kasus DBD dan Diare Akut di Bengkulu Melonjak

BACA JUGA:Kasus DBD Melonjak Signifikan di Desa Suka Baru

"Budaya masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan menjadi pemicu utama. Banyak lingkungan permukiman yang masih kumuh dan tidak memperhatikan pemberantasan sarang nyamuk. Ditambah dengan curah hujan yang tinggi di beberapa bulan terakhir, sangat memungkinkan nyamuk berkembang biak dengan cepat," imbuhnya.

Ia menekankan bahwa Dinas Kesehatan telah melakukan berbagai upaya untuk menekan penyebaran penyakit DBD ini, seperti penyuluhan langsung ke masyarakat, kegiatan fogging (pengasapan), serta kampanye pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui gerakan 3M yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang-barang yang dapat menampung air.

"Namun, tanpa dukungan aktif dari masyarakat, semua upaya ini tidak akan optimal. Kunci utama pengendalian DBD ada pada perubahan perilaku hidup sehat. Jika masyarakat rajin menjaga kebersihan lingkungan dan melakukan 3M secara rutin, maka kasus DBD bisa ditekan," ujarnya.

Lebih lanjut, pihaknya mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, mual, ruam, serta nyeri di belakang mata yang merupakan ciri khas dari penyakit DBD.

Ruli juga menambahkan bahwa meskipun jumlah kasus DBD menurun pada bulan Juni dan Juli, masyarakat tetap tidak boleh lengah. Musim pancaroba dan hujan mendadak di beberapa wilayah masih berpotensi menjadi pemicu lonjakan kasus kembali.

"Dinas Kesehatan akan terus memantau perkembangan dan siaga melakukan intervensi apabila ditemukan klaster kasus baru. Kami juga meminta peran aktif RT dan RW untuk menggalakkan gotong-royong membersihkan lingkungan sebagai bentuk antisipasi dini," katanya.

BACA JUGA:Waspada DBD!! Cuaca Tak Menentu di Mukomuko Picu Perkembangbiakan Nyamuk

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan