Tidak Ada Kasus Frambusia di Mukomuko

Jajad Sudrajat, SKM -Radar Utara- Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko,

MUKOMUKO RU - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mukomuko menyatakan. Kabupaten Mukomuko, sudah masuk kriteria sebagai kabupaten yang bebas dari frambusia atau infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri Treponema Pallidum Pertenue. Hal itu berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh tim Kementrian Kesehatan RI.

 

"Kita sudah melakukan proses penilaian dari Kementrian Kesehatan. Daerah kita dinyatakan masuk kriteria kabupaten yang sudah bebas infeksi kulit," kata Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Mukomuko, Jajad Sudrajat, SKM.

 

Ia juga menyatakan, ada beberapa kendala terkait dengan pengetahuan sumber daya manusia (SDM) tata laksana medik yang dinilai oleh mereka. Dan ini menjadi catatan bagi dokter di puskesmas. Sehingga ada evaluasi tambahan, remedial dalam bahasa ujian terkait tata laksana pelaksanaan frambusia. Namun secara sistem, daerah ini bebas frambusia.

 

"Kami juga menyarankan, tenaga kesehatan untuk meningkatkan SDM tata laksana medik sebagai salah sati catatan dalam penilaian tim Kementrian Kesehatan," ungkapnya.

 

Pihaknya menyebutkan, sejak tahun 2018 sampai sekarang, tidak ada lagi kasus frambusia. Untuk itu tahun 2023 ini, Kabupaten Mukomuko diusulkan bebas dari penyakit tersebut. Meskipun tidak ada ada kasus frambusia, Dinas Kesehatan terus berupaya untuk mencegah penyakit kulit kronis dan menular yang disebabkan oleh status gizi dan sanitasi yang tidak baik. Adapun sejumlah wilayah yang pernah ditemukan kasus ini yaitu, di wilayah Kecamatan Selagan Raya terutama di Desa Sungai Ipuh.

BACA JUGA: Ombudsman RI Akui Sistem Pelayanan Publik Polres Mukomuko

"Mayoritas kasus frambusia ini ditemukan di wilayah yang berada di desa terpencil atau wilayah yang tinggi angka kemiskinan," ungkapnya.

 

Ditambahkan Jajat, status ekonomi masyarakat yang kurang mampu menjadi penyebab kurangnya gizi masyarakat termasuk kurang perhatiannya masyarakat terhadap sanitasi yang baik. Untuk itu, sebagai upaya mencegah penyakit ini dengan peningkatan status gizi masyarakat dan peningkatan sanitasi di lingkungan masyarakat.

 

"Kami lakukan promosi kesehatan terkait status gizi status lingkungan guna meningkatkan kesadaran masyarakat," pungkasnya. (rel)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan