Penuhi Pangsa Pasar Batik Tando Pusako, Disperindag Bina Pembatik di Mukomuko
Kepala Disperindag Mukomuko. Nurdiana, SE, MAP-Radar Utara/ Wahyudi -
MUKOMUKO.RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Pemerintah Kabupaten Mukomuko melalui Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) setempat.
Terus memberikan pendampingan dan pembinaan terhadap seluruh kelompok pembatik yang ada di daerah ini.
Sebab, setelah ditetapkannya batik tando pusako menjadi batik khas Kabupaten Mukomuko. Berdampak terhadap tingginya permintaaan pasar, khususnya ASN di Pemerintah Kabupaten Mukomuko yang akan menggunakannya sebagai atribut dalam seragam dinas.
Kepala Disperindagkop dan UKM Kabupaten Mukomuko, Nurdiana, SE, MAP ketika dikonfirmasi, Minggu, 12 Januari 2025 mengatakan.
BACA JUGA:ASN Diminta Lestarikan Batik Khas Mukomuko
BACA JUGA:Dorong Pertumbuhan Industri Kreatif, Disperindag Latih Membatik Tando Pusako
Disperindagkop bersana PKK dan juga Dekranasda secara berkala memberikan pembinaan kepada pengrajin batik agar tercipta batik yang terstandarisasi baik motif, bentuk dan ukuran. Sehingga memberikan kebanggaan bagi seluruh masyarakat yang memakainya.
"Melalui pembinaan ini diharapkan pengrajin batik fokus melakukan produksi sesuai standar untuk memenuhi banyaknya permintaan masyarakat khususnya para ASN di daerah ini," katanya.
Nurdiana menjelaskan, batik tando pusako menjadi salah satu ikon penting dalam perkembangan dan kemajuan pembangunan di Kabupaten Mukomuko.
Promosi yang maksimal diharapkan akan semakin meluaskan jangkauan pasar sehingga batik kebanggaan masyarakat tersebut dapat terus mendunia. Ia menerangkan, untuk berada di level pasaran nasional, karya berupa batik mesti murni tradisional baik dari sisi pembuatan maupun hal-hal lainnya.
BACA JUGA:Pemkab Bangun Rumah Produksi Batik Tando Pusako
BACA JUGA:Dorong Pertumbuhan Industri Kreatif, Disperindag Latih Membatik Tando Pusako
"Batik itu, kalau yang bisa dipasarkan ke Nasional bahkan internasional harus batik yang merupakan murni tradisional. Jadi prosesnya itu harus membatik, yang dikatakan menitik itu. Kalau prosesnya bukan membatik, tidak diterima sebagai khazanah budaya," ujarnya.
Diterangkan Nurdiana, pengembangan batik tando pusako mesti dilakukan secara selangkah demi selangkah. Dan sejauh ini, para penjahit juga sedang berlomba-lomba membuat pakaian khas yang akan digunakan oleh aparatur sipil negara maupun anak-anak muda.