RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Kalian pernah memperhatikan perubahan dalam kebiasaan makan tidak sehat saat Anda sedih, bosan, atau cemas?
Pasalnya ada banyak orang melaporkan makan lebih banyak, atau lebih sedikit, sebagai cara membantu mereka mengatasi emosi yang sulit.
Kendati ini adalah respons yang sangat normal, hal itu dapat menghilangkan kenikmatan makan, dan dapat menjadi menyedihkan serta menimbulkan perasaan malu dan mengkritik diri sendiri.
Apalagi yang menambah kerumitannya, kita hidup di dunia di mana budaya diet tidak dapat dihindari, dan hubungan kita dengan makan, makanan, dan citra tubuh dapat menjadi rumit dan membingungkan.
BACA JUGA:Siapa Sangka 8 Kebiasaan Sepele Ini Bisa Bikin Awet Muda, No 3 Paling Sering Terabaikan..
BACA JUGA:Tidak Baik untuk Kesehatanmu, Ini Dia Tips Menghilangkan Kebiasaan Menggigit Kuku
Padahal makan karena emosi mengacu pada perilaku makan (biasanya makan lebih banyak) yang terjadi sebagai respons terhadap emosi yang sulit.
Terdapat penelitian menunjukkan sekitar 20 persen orang secara teratur melakukan kebiasaan makan karena emosi, dengan prevalensi yang lebih tinggi di kalangan remaja dan wanita.
Kemudian di dalam sebuah penelitian terhadap lebih dari 1.500 remaja, 34 persen terlibat dalam makan karena emosi saat sedih dan 40 persen melakukannya saat cemas.
Padahal makanan yang dikonsumsi sering kali berupa makanan cepat saji dan makanan instan lain yang padat energi dan miskin nutrisi.
Namun bagi sebagian orang, makan karena emosi hanyalah kebiasaan yang terbentuk dan bertahan lama.
BACA JUGA:Hindari 7 Kebiasaan Buruk Ini Karena Bisa Membuat Muka Menjadi Tidak Simetris
BACA JUGA:Hindari, Tanpa Kita Sadari Kebiasaan Sehari-hari Ini Bisa Merusak Postur Tubuh, Apa Saja?
Akan tetapi, faktor lain mungkin juga berkontribusi terhadap kemungkinan makan karena emosi.
Pasalnya efek fisiologis dari stres dan emosi yang kuat, misalnya, dapat mempengaruhi hormon seperti kortisol, insulin, dan glukosa, yang juga dapat meningkatkan nafsu makan.