RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Nelayan saat ini tengah dalam masa panen. Saking melimpahnya, ada yang bilang asal melaut, ke darat pasti bawa ikan.
Ketua Asosiasi Nelayan Tradisional Provinsi Bengkulu Koordinator Divisi Bengkulu Utara, Rusman, tak menampik soal ini. Hanya saja, kondisi cuaca yang kurang bersahabat, tak jarang mengurung niat nelayan melaut.
"Saat ini sedang musim ikan. Cuma, cuaca kurang bersahabat," ujar Rusman, Selasa, 1 Oktober 2024 dijumpai di Arga Makmur.
Dia berharap, cuaca kedepan bisa lebih bersahabat, sehingga nelayan tradisional bisa memanfaatkan momen yang paling ditunggu-tunggu saban tahunnya.
BACA JUGA:Rp 9 Miliar DAK Pangan Akuatik Tingkatkan Perekonomian Nelayan Mukomuko
BACA JUGA:Kuota Minyak Solar Untuk Nelayan di Mukomuko 150 Ton Per Bulan
Perlu diketahui, hitungan kasar nelayan tradisional melaut dalam setahunnya, hanyalah 6 bulan.
Sedangkan musim panen ikan, dimulai pada bulan penghujung September hingga Desember.
"Jadi sebenarnya saat ini masih dalam musim yang ditunggu-tunggu setiap tahunnya," ujarnya, menegas.
Nelayan Tradisional Masuk Perairan Dalam
Nelayan tradisional dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, kata Rusman, tidak lagi cukup hanya menjamah perairan 3 mil dari bibir pantai.
BACA JUGA:Tingkatkan Perekonomian, Bupati Sapuan Serahkan Bantuan Sapras Untuk Nelayan dan Pembudidaya
BACA JUGA:Meninggal Akibat Kecelakaan, Nelayan di Bantal Diusulkan Dana Santunan
Dia berujar, kondisi terumbu karang yang kian saja rusak, lantaran aktivitas trawl alias pukat harimau, memaksa nelayan kecil lebih memberanikan diri menjujug laut dalam hingga 7 mil jauhnya.
"Satu mil itu diperkirakan 1,99 kilometer lah kalo seperti di darat. Tidak ada pilihan lain, karena ikan la jarang," ungkapnya.
Dengan pengalaman pertimbangan faktor alam, menyebabkan cuaca laut tidak bersahabat, kesepakatan moril di masyarakat seperti setiap hari Jumat tidak melaut, Rusman mengungkap dalam satu tahunnya nelayan tradisional hanya bisa melaut 6 bulan setiap tahunnya.