Perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor mungkin melihat kenaikan pendapatan akibat nilai tukar yang menguntungkan.
Misalnya, eksportir yang menjual produk dalam dolar AS akan menerima lebih banyak rupiah saat melakukan konversi, meningkatkan pendapatan mereka dalam mata uang domestik.
Ini dapat memperbaiki margin keuntungan dan memberikan dorongan finansial tambahan bagi perusahaan-perusahaan ini untuk berinvestasi dalam pengembangan produk atau ekspansi pasar.
BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2024: Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor Meningkat
BACA JUGA:Geliat Ekspor Kopi Sumatera Perlu Permodalan, Bagaimana Evaluasi KUR Pemerintah?
Namun, dampak positif ini tidak selalu langsung. Perusahaan ekspor yang menggunakan bahan baku impor atau memiliki utang dalam mata uang asing mungkin menghadapi tantangan.
Kenaikan biaya bahan baku dapat mengurangi margin keuntungan atau mempengaruhi harga jual akhir produk.
Dampak Penurunan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Impor
Sebaliknya, penurunan nilai tukar rupiah dapat berdampak negatif pada sektor impor. Ketika rupiah melemah, biaya untuk mengimpor barang dari luar negeri menjadi lebih mahal.
Hal ini dapat mempengaruhi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada bahan baku atau produk jadi dari luar negeri.
BACA JUGA:PLN Berikan Pelatihan Ekspor untuk Dukung UMKM Tembus Pasar Internasional
BACA JUGA:Melihat Prospek Ekspor Kelapa Sawit Indonesia serta Tantangan dan Peluang Tahun 2025
Kenaikan biaya impor dapat mengakibatkan lonjakan harga barang-barang yang diimpor, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan biaya produksi dan harga jual di pasar domestik.
Kenaikan harga barang impor juga dapat memicu inflasi domestik, mengingat konsumen dan perusahaan harus membayar lebih untuk barang-barang yang diimpor.