Toko Luhut, lokasinya cukup strategis. Tepat di pintu masuk untuk menjujug pariwisata alam Palak Siring yang baru saja menjadi jawara lomba kampung wisata tingkat Provinsi Bengkulu tahun ini.
BACA JUGA:Dorong Pengembangan Desa Wisata Berbasis Budaya dan UMKM Lokal
BACA JUGA:Beli Produk Lokal, Bentuk Dukungan Terhadap UMKM
Sejauh ini tidak ada persoalan untuk bahan baku. Bambu petung yang digunakan sebagai bahan utama, diperolehnya dengan memesan warga di sekitar tempat usaha.
"Jadi bambu yang diproses ke mesin itu, ukuran panjangnya 4 meteran. Nanti diproses, masuk ke mesin akan menjadi lidi-lidi berukuran 40 cm. Tinggal dipotong dua, kalau untuk tusuk sate," jelasnya, sembari mencontohkan lidi hasil awal dan lidi yang telah dibagi dua menjadi ukuran 20 cm.
Pemasarannya dikerjasamakan? Luhut mengaku, sejauh ini masih memasarkan hasil produksinya mandiri. Namun tidak menutup kemungkinan, jika nantinya produksi sejalan dengan pangsa pasar dan kebutuhan pasar, adaptasi metode pemasaran akan dilakukan.
"Kalo sekarang masih kita pasarkan sendiri," pungkasnya.
BACA JUGA:BAZNAS Nilai CSR Bisa Dukung Program UMKM
BACA JUGA:Kesbangpol Minta Warga Tidak Terpengaruh Politik Identitas
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Bengkulu Utara, Rimiwang Muksin, menyampaikan UMKM di daerah relatif memiliki prospek untuk berkembang.
Apalagi, seperti di Bengkulu Utara yang aneka komoditi utama untuk produk-produk kebutuhan rumah tangga, bisnis dan pangan cukup melimpah.
"Kita berharap dan mendukung terus lahirnya cluster-cluster UMKM di daerah yang dapat menjadi soko ekonomi, karena UMKM ini dikenal sangat tangguh ketika menghadapi krisis," pungkasnya.